REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAOLO -- Polisi membubarkan ribuan demonstran yang memprotes pemakzulan presiden perempuan pertama di Brasil Dilma Rousseff, Ahad (4/8). Dalam unjuk rasa itu, mereka menyuarakan penolakan terhadap pengganti Rousseff, Michel Temer.
Kepolisian menggunakan gas air mata dan menembakkannya ke arah kerumunan pengunjuk rasa meskipun demonstrasi dilakukan dengan damai. Ini merupakan unjuk rasa terbesar sejak Presiden Brasil Michel Temer secara resmi dilantik pada Rabu (31/8).
Para demonstran berasal dari pendukung Partai Pekerja yang mengusung Rousseff. Mereka meminta agar pemilihan umum baru segera dilaksanakan. Bahkan, beberapa spanduk dan baju yang dikenakan pengunjuk rasa bertuliskan 'Temer Harus Jatuh'.
Temer secara otomatis menggantikan Roussef yang dimakzulkan atas keputusan senat. Ia akan menjabat sebagai Presiden Brasil hingga Januari 2019.
Sebelumnya, Rousseff diberhentikan dari jabatannya pada Mei lalu akibat dugaan melakukan manipulasi anggaran. Melalui pemungutan suara oleh senat, sebanyak 61 anggota mendukung pemakzulan dan 20 lainnya menolak.
Sementara itu, Rousseff mengatakan senat telah berlaku tidak adil. Ia menuding para senator yang memberi suara untuk memakzulkannya adalah bagian dari kudeta politik terhadap dirinya.