REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Bupati Tolitoli, Sulawesi Tengah, Mohammad Saleh Bantilan mengungkapkan, aktivitas warganya lumpuh akibat banjir yang menerjang daerah itu, Selasa (13/9), siang.
"Semua jalan banjir. Tidak bisa orang lewat. Banyak rumah yang tergenang," kata Saleh Bantilan, Selasa malam.
Dia mengatakan, hujan yang turun sejak Selasa pagi sangat deras. Dalam waktu singkat, Kecamatan Baolan, ibu kota Tolitoli langsung dikepung banjir. "Banjirnya rata. Hampir semua rumah kena banjir," katanya.
Saleh yang memantau sejumlah lokasi banjir bersama masyarakat fokus mengantisipasi adanya korban jiwa maupun harta benda. Para petugas terus membantu masyarakat korba banjir.
Saleh mengatakan, air hujan yang bersumber dari berbagai penjuru gunung di Tolitoli mengalir cepat ke pemukiman penduduk karena saluran tidak mampu lagi menahan debit air. Selain itu, kata dia, banjir juga diperparah dengan naiknya air laut sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke laut.
"Saya sudah minta ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah, bongkar saluran yang menghambat jalannya air," katanya.
Dia mengatakan, warga terparah yang menjadi korban banjir adalah mereka yang bermukim di sekitar bantaran sungai, khususnya di Kelurahan Tuweley. "Mereka yang paling banyak korban. Perabot rumah tangga tergenang semua. Tidak sempat diselamatkan," katanya.
Ketinggian air di Kelurahan Tuweley hampir mencapai atap rumah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat terpaksa mengevakuasi delapan warga yang terdiri dari orang hamil, anak-anak, dan orang tua karena terjebak banjir.
Saleh mengatakan, pemerintah daerah melalui dinas sosial setempat telah membuka dapur umum di Kelurahan Tuweley karena masyarakat tidak bisa lagi memasak. "Walaupun banjir sudah surut, tapi masyarakat tidak bisa memasak karena perabotnya tergenang," katanya. Hingga Selasa malam, dirinya tidak mendapat laporan adanya korban meninggal dunia akibat banjir tersebut.