Rabu 21 Sep 2016 09:35 WIB

Amanah

Umar bin Khattab
Foto: Al Arabiya
Umar bin Khattab

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi

Pertanyaan dari Imam Ghazali kepada murid-muridnya yang sangat populer di kalangan umat Islam adalah mengenai perkara-perkara penting tentang apa yang paling jauh, paling dekat, dan paling berat di dunia ini.

Perkara paling berat di dunia ini adalah memegang amanah. Sebab, amanah mengandung makna bahwa sesuatu benar-benar telah dipercayakan dan pihak yang memberikan kepercayaan yakin sesuatu yang diamanahkan dapat terpelihara dengan baik.

Kemudian, di dalam Alquran disebutkan, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil." (QS An-Nisa [4]: 58).

Dalam bahasan para ulama, disebutkan bahwa ruang lingkup amanah luas sekali, meliputi agama, kehormatan, harta, badan, nyawa, pengetahuan, ilmu, kekuasaan, wasiat, persaksian, pengadilan, pencatatan, penyampaian ucapan, rahasia, surat-surat, pendengaran, penglihatan, indera-indera yang lain, dan sebagainya.

Fahruddin Al-Razi menjelaskan yang dimaksud amanah dalam ayat tersebut bersifat umum dan mencakup tiga bentuk amanah, yakni amanah dengan Allah, amanah dengan sesama manusia, dan amanah dengan diri sendiri.

Amanah dengan Tuhan mengandung makna keharusan bagi kaum Muslim untuk melakukan semua kewajiban dan menjauhi segala larangan. Dalam konteks dengan Allah, Ibn Mas'ud berkata, amanah adalah keharusan dalam segala hal, dalam wudhu, dalam shalat, zakat dan puasa. Bahkan keseluruhan anggota tubuh manusia, termasuk hati.

Sedangkan amanah dengan manusia mencakup segala sifat mulia yang harus ditegakkan oleh setiap jiwa, mulai dari jujur, adil dalam keputusan, baik itu ekonomi, pemerintahan, dan dalam hal sosial kemasyarakatan dengan tidak korup dan menindas.

Oleh karena itu, taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah amanah yang mesti terus dijaga sepanjang hayat. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasulullah dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui (QS. Al-Anfal [8[: 27).

Dengan demikian, setiap jiwa memegang amanah yang mesti dijaga dengan sekuat tenaga hingga sempurna, yaitu dengan menegakkan tauhid kepada Allah SWT, mengamalkan syariat, beribadah dengan semua syiar agama, baik yang fardhu maupun yang sunnah sampai kita mendapatkan ampunan, cinta dan keridhoan-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, "Jaminkan untukku enam perkara dari kalian, niscaya aku jaminkan surga untuk kalian, – di antara keenam perkara itu adalah – hendaklah kamu menunaikan amanah jika kamu mendapatkannya." (HR. Ahmad).

Sikap demikian benar-benar ditegakkan oleh Umar bin Khaththab, di siang yang sangat terik, beliau menggiring dua ekor unta zakat yang terlepas agar tidak hilang. Begitu takutnya amanah zakat itu tidak terjaga, Umar bin Khattab rela menembus terik matahari di siang bolong.

Bahkan pernah suatu waktu, kepada Ali bin Abi Thalib, Umar berkata, "Andai saja seekor anak kambing hilang di tepi sungai Eufrat, niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement