REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengundang 20 ekonom untuk datang ke Istana Merdeka, Kamis (22/9). Presiden mengundang mereka untuk berdiskusi mengenai perkembangan perekonomian dunia.
Mulanya, Presiden menuturkan pengalamannya saat bertemu dengan para pemimpin dunia dalam Konferensi G-20 pada awal bulan lalu di Hangzhou, Cina. Menurutnya, banyak presiden dan perdana menteri negara-negara besar yang pesimis terhadap perkembangan ekonomi dunia.
"Saya bertemu direktur Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) juga sama, masih pesimis bahwa tahun depan pertumbuhan ekonomi dunia akan naik," ujarnya.
Menurut dia, hanya Perdana Menteri India Narendra Modi yang masih optimistis terhadap perbaikan kondisi ekonomi dunia. Melihat optimisme India tersebut, Jokowi mengaku mendapat energi untuk melakukan pembenahan di Tanah Air demi memicu pertumbuhan ekonomi.
"Kalau India berani optimis, kenapa kita tidak," kata Presiden.
Terkait kondisi ekonomi di dalam negeri, Jokowi mengakui bahwa kegiatan ekonomi di Indonesia masih banyak yang bergantung pada APBN. Namun begitu, menurut dia, jika ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, pemerintah harus mampu menarik investasi sebanyak-banyaknya.
Jokowi menyebut, Indonesia sebenarnya banyak dilirik investor yang ingin menanamkan modalnya di Tanah Air. Namun, yang jadi persoalan masih banyak sejumlah persoalan yang menghambat masuknya arus investasi tersebut.