REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Eko Sandjojo, mengapresiasi kinerja masyarakat Mendali dengan mengembangkan bisnis berbasis potensi lokal. Ia berharap, bisnis budidaya iklan Mendali bisa berskala besar, mampu memasok kabupaten dan provinsi.
Ia menerangkan, pengembangan bisnis ini memegang tiga prinsip seperti fokus satu komoditas, membangun produk dengan skala ekonomi yang mencukupi dan membuat sarana pasca panen. Menurut Eko, sarana pascapanen perlu dibangun agar harga tidak jatuh saat panen melimpah. "Orang kalau mau merasakan ikan Danau Sentani, ya pasti akan ke Kampung Mendali," kata Eko, Kamis (29/9).
Selain itu, ia melirik bisnis pakan ikan Mendali, dan berharap Kampung Mendali membuatnya dengan skala yang besar. Masyarakat, lanjut Eko, perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang cara membuat pakan ikan yang bermutu dan dikemas dengan baik.
Eko mengingatkan, Kemendes memiliki pelatihan-pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk pelatihan-pelatihan manajemen. Bahkan, kalau bisa, ia meminta beberapa kader desa ikut pelatihan manajemen karena penting untuk mengembangkan usaha masyarakat desa.
Kampung Mendali sendiri tahun 2016 mendapatkan total dana sebesar 1,76 miliar rupiah, meliputi dana desa yang bersumber dari 857 juta rupiah APBN. Selanjutnya, ada Alokasi Dana Desa (ADD) dari Kabupaten 779 juta rupiah, dan dana prospek Provinsi Papua sebesar 112 juta rupiah.
Sebagian dana dipakai membangun keramba ikan, dipasang di Danau Sentani dan untuk membeli mesin pembuat pakan ikan. Kesepakatan membuat usaha budidaya ikan air tawar ini diambil melalui musyawarah kampung, dan terbukti mampu membawa perubahan signifikan bagi masyarakat.
"Sejak turun temurun kami di Kampung Mendali hanya memancing ikan secara perorangan dengan penghasilan yang pas-pasan, sekarang arahnya mulai lebih baik dengan adanya usaha budidaya ikan yang dikelola desa bersama masyarakat," ujar Kepala Kampung Mendali, Wenfred Wally.
Saat ini, Kampung Mendali mulai menuai hasil, dengan modal awal sebesar 13,5 juta rupiah pada 2015 dan modal sudah kembali. Kini, warga sudah menabur benih untuk masa panen ketiga, dan ingin mengembangkan produksi ikan dengan menambah jumlah keramba dan penaburan benih baru.