REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di negara sekuler yang didominasi pemeluk Katolik itu, jumlah Muslim diduga hanya beberapa ribu orang. Mayoritasnya adalah pelajar dan pekerja asing.
Meski tak bisa dielakkan bahwa Islam dibawa para pendatang, tapi Imam Pedro Lazo Torresmengatakan, tak ada Islam Kuba, Islam Cina, Islam Ceko, atau Islam Rusia di sana. "Islam ya Islam saja. Islam sama untuk semua berdasarkan kalam Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW," ujarnya.
(Baca: Menjadi Muslim Kuba)
Hal serupa juga diuraikan Hines dalam tulisannya. Hassan dan Shabana adalah sepasang suami istri di antara komunitas Muslim Kuba yang berpindah agama menjadi Muslim. Meski mereka lebih senang menyebut diri mereka memperoleh Islam ketimbang disebut berpindah ke Islam.
Awal-awal menjadi Muslimah, Shabana tak mau mengenakan jilbab karena takut membayangkan omongan orang kepadanya. Namun, setahun kemudian, hatinya tak bisa dibujuk mundur. Tekad Shabana sudah bulat untuk memakai jilbab.
(Baca: Bisnis Muslim Kuba dan Celah Dakwah)
Kini, putri mereka, Aina (16 tahun), juga memakai hijab dan putra mereka Ismael (12 tahun) memakai gamis. Shabana tahu, berat bagi anak-anaknya berada di sekolah dengan tetap memakai hijab. Karena itu, Shabana mendoakan agar anak-anaknya memiliki teman yang baik dan membantu mereka.
Jorge Elias Gil Viant atau Hajji Isa, seorang mantan seniman dan petugas perpustakaan di organisasi antarbudaya Uni Arab-Kuba, memperkirakan, ada sekitar seribu warga Kuba yang sudah menjadi Muslim, baik mualaf maupun lahir di keluarga imigran Muslim.
Data Pew Research Center dalam Mapping The Global Muslim Population pada 2009 disebutkan, Muslim di Kuba berjumlah sekitar 9.000 jiwa.
Hajji Isa sendiri bekerja sebagai pengemudi taksi. Seperti kebanyakan warga Kuba, ia terlahir sebagai penganut Kristen. Ia masih ingat saat dibaptis di gereja. Ia juga tahu banyak tentang ajaran Kristen meski ia tak bisa paham soal trinitas. Lalu, ia bertemu seorang Muslim Kuba dan mulai mengrobrol tentang Islam.
Pria itu memberinya Alquran dan meminta Hajji Isa membacanya. Hajji Isa bisa melihat Alquran begitu logis, begitu santun, nyata, dan ini yang membuat ia tertarik kepada Islam.
"Ini komunitas muda. Muslim dari luar telah dan masih jadi penentu perkembangan aneka komunitas di Kuba. Pelajar Muslim Afrika, Sahara Barat, Yaman, Palestina, dan negara- negara Timur Tengah lain memberi pengaruh sejak 1990-an," kata Hajji Isa.
Karena itu, komunitas Muslim di Kuba punya karakter beragam, bergantung pengaruh dari mana dan kondisi lokal di sana. Jumlah mualaf sendiri terus meningkat dan orang-orang makin sadar Islam adalah agama yang juga dianut warga Kuba.
Melihat hubungan Kuba dengan Timur Tengah, sejarah akan membawa ke beberapa abad lalu. Kala itu, bangsa Moor dari Andalusia dibawa Spanyol sebagai budak pada 1593. Beberapa abad setelahnya, pedagang Muslim dan Kristen dari Timur Tengah menjelajah hingga Kuba, memburu laba dari produksi gula di sana. Banyak di antara pedagang Arab itu yang akhirnya menetap, kebanyakan di Havana dan Santiago de Cuba. Sejak itu, perlahan tapi pasti, Islam terus mekar di Bumi Kuba.