Rabu 05 Oct 2016 20:17 WIB

Bank Dunia Sebut Brexit tak akan Berdampak di Asia Pasifik

Red: Nur Aini
Logo Bank Dunia
Logo Bank Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Sudhir Shetty mengatakan, keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit tidak berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik.

"Sebenarnya kita tidak tahu dampak keseluruhan dari Brexit sampai Inggris benar-benar meninggalkan Uni Eropa, yang menurut Theresia May (Perdana Menteri Inggris) prosesnya akan secara resmi dimulai Maret 2017," ujar Shetty dalam teleconference dengan wartawan di Jakarta, Rabu (5/10).

Lemahnya pengaruh Brexit bagi perekonomian Asia Timur dan Pasifik, menurut dia, disebabkan terbatasnya jaringan perdagangan langsung, investasi, serta keuangan antara kedua kawasan tersebut dengan Inggris.

Pinjaman dari bank-bank Inggris baik pinjaman lintas negara maupun pinjaman dalam negeri dari anak perusahaan lokal, hanya terkonsentrasi di pusat-pusat keuangan regional Hong Kong, Cina, Singapura, dan Malaysia. Sementara di negara berkembang Asia Timur dan Pasifik lainnya, pinjaman dari bank Inggris tercatat tidak sampai tiga persen dari PDB.

"Sebagian besar arus modal dan keuangan yang mengalir ke kawasan ini berasal dari benua Eropa, Jepang, atau Amerika Serikat. Itu sebabnya kami menyimpulkan bahwa dampak jangka pendek Brexit tidak terlalu signifikan," tutur Shetty.

Sementara untuk jangka panjang, Brexit berpotensi membawa pengaruh positif yakni lebih mudahnya negosiasi perjanjian perdagangan dan kesepakatan investasi karena Inggris dapat memutuskan secara mandiri. Di sisi lain, kerja sama ekonomi dengan Uni Eropa bisa menjadi lebih sulit karena ketiadaan suara dari Inggris.

Hubungan jasa keuangan Cina dan Inggris serta usaha firma Malaysia, misalnya, dapat terdampak karena sebagian besar didasarkan pada peran London sebagai pintu gerbang menuju Uni Eropa. Biaya bisnis kedua negara tersebut berpotensi meningkat jika perjanjian baru harus dinegosiasikan dengan Uni Eropa pascaBrexit. Bagi Indonesia, Brexit kemungkinan akan menunda negosiasi kemitraan ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa.

Bank Dunia dalam Laporan Perkembangan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang dirilis setiap enam bulan, mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi di negara berkembang kawasan Asia Timur dan Pasifik tetap bertahan hingga tiga tahun mendatang, meskipun sejumlah negara perlu mengambil langkah untuk mengurangi kerentanan finansial dan fiskal. Laporan Perkembangan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang baru disusun Bank Dunia memperkirakan Cina akan terus melakukan transisi ke pertumbuhan yang lebih lamban namun tetap berkelanjutan dari 6,7 persen pada 2015 menjadi 6,5 persen pada 2017 dan 6,3 persen pada 2018.

Untuk negara lain di kawasan tersebut, pertumbuhan diproyeksikan akan stabil di angka 4,8 persen tahun ini, kemudian tumbuh menjadi lima persen pada 2017, dan 5,1 persen pada 2018. Secara keseluruhan, ekonomi negara berkembang di kawasan Asia Timur diperkirakan tumbuh sebesar 5,8 persen pada 2016 dan 5,7 persen pada 2017-2018.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement