Senin 17 Oct 2016 19:30 WIB

Kuatnya Islam di Negeri Ufuk Barat

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Masjid Hassan II, Maroko
Foto: Travel.com
Masjid Hassan II, Maroko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Maroko, negara yang terletak di Afrika Utara ini, di antara sekian kawasan yang menjadi saksi kesuksesan Islamisasi abad pertama kedatangan Islam. Sejarah mencatat sejak Islam diperkenalkan oleh Uqbah bin Nafi' pada 680 M, jenderal pada masa Dinasti Umayyah di Damaskus, risalah Muhammad SAW ini telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat di negara berjuluk negeri ufuk barat itu.

Sebanyak 98,7 juta persen dari total populasi sebanyak 32 juta jiwa, beragama Islam. Bahkan, The World Factbook ter  nyata mencatat hanya satu persen yang memeluk agama selain Islam, berupa Yahudi atau Nasrani. Kuatnya Islam di negara yang beribukotakan Rabat itu, juga tampak dari menggeliatnya pendidikan Islam.

Pendidikan di Maroko tidak dapat dipisahkan dari sejarah kedatangan Islam di wilayah ini, bahkan dari sejak adanya perkampungan penduduk asli Maroko.

Menurut Hafidzul Umam dkk dalam Maroko, Negeri Eksotis di Ujung Barat Dunia Islam, pada zaman Dinasti Mariniyah dan Dinasti Sa'diyah, proses pembentukan sistem pendidikan dan keilmuan di Maroko telah mencapai kemajuan.

Ini terbukti dengan berdirinya pusatpusat pendidikan, zawiyah dan ribath (tempat zikir para sufi di Maroko). Seperti pusat pendidikan yang didirikan oleh Ya'kub bin Abdul haq al Marini, Abu Said Usman bin Ya'kub alMarini, dan Abu 'anan.

Pada zaman ini juga dilakukan perbaikan sistem pendidikan dan para siswa diberi beasiswa dan penginapan. Seiring dengan perubahan sistem pendidikan tersebut, sejak 1957 didirikanlah beberapa perguruan tinggi.

Universitas Mohamed V di Rabat, kemudian berdiri Institut Darul Hadits alHassaniyah, yang merupakan perguruan tinggi Islam pertama didirikan Raja Hasan II setelah beliau naik takhta kerajaan. Selanjutnya, lahirlah Universitas Ha  san II di Casablanca dan Universitas Sidi Mohamed ben Abdellah di Fes pada 1975, serta diteruskan dengan peresmian Uni  versitas Qadi 'Iyyad di Marrakech dan Uni  versitas Mohammed I di Oujda pada 1978.

Pada 1989, didirikan lima universitas, yaitu Universitas Abdel Malik Sa'di di Tetouan, Universitas Moulay Ismail di Meknes, Universitas Syuain Dukkail di ElJadidah, Universitas Ibnu Tofail di Kenitra, dan Universitas Ibnu Zahra di Agadir.

Dalam menyukseskan program wajib belajar, Pemerintah Maroko membangun asrama dan memberikan fasilitas transportasi serta beasiswa bagi mahasiswa.

Fasilitasfasilitas tersebut, walaupun sementara ini belum dinikmati seluruh mahasiswa karena keterbatasan daya tampung, dan masih memakai skala prioritas untuk mahasiswa yang berprestasi baik dan tidak mampu, tetapi sudah dapat mencerminkan sebagai suatu perhatian yang dapat dibanggakan. Peranan Raja Hasan II (wafat 23 Juli 1999) tidak dapat dipisahkan dari sistem modernisasi manajemen pendidikan di Maroko.

Hal ini tecermin dari berdirinya berbagai universitas dan lembaga pendidikan pada masa kekuasaannya. Perhatian dan motivasi belajar ini diteruskan oleh penggantinya, Raja Mohamed VI yang sekarang ini giat mencanangkan program pemberantasan buta huruf serta reformasi di segala jenjang pendidikan.

Ini mengingat masih tingginya angka buta huruf di negara dengan sistem pemerintahan monarki konstitusional ini, yaitu sebesar 49 persen. Seruan pemberantasan buta huruf demi pembangunan bangsa dimuat secara terusmenerus dalam media cetak dan elektronik, guna menggalang minat belajar, baik di kalangan muda maupun kaum tua yang belum sempat menikmati bangku sekolah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement