Senin 17 Oct 2016 20:46 WIB

Operasi Pasar Elpiji Hanya untuk Masyarakat Miskin

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Budi Raharjo
Gas ukuran tiga kilogram alias gas melon. (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Gas ukuran tiga kilogram alias gas melon. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kelangkaan elpiji tiga kilogram akhirnya direspons oleh PT Pertamina dengan menggelar operasi pasar (OP) di sejumlah kecamatan di DIY. Meski demikian, Marketing Branch Manager Pertamina DIY, Dody Prasetya, mengingatkan OP hanya bagi masyarakat miskin yang berhak menerima gas bersubsidi.

"Itu hanya untuk masyarakat yang berhak menerima elpiji bersubsidi," tuturnya. Selain itu, OP hanya diperuntukkan bagi warga yang berdomisili di wilayah pelaksanaan OP.

Oleh karenanya, Pertamina mensyaratkan agar warga peserta OP membawa KTP masing-masing. Warga juga hanya diperbolehkan membeli maksimal dua tabung gas tiga kilogram. Harga gas tabung melon saat OP digelar menggunakan harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp 15.500 per tabung.

OP sengaja digelar mendadak agar elpiji tiga kilogram benar-benar dibeli oleh warga yang membutuhkan. Menurut Dody, jika kebutuhan masyarakat terhadap gas tiga kilogram masih tinggi maka pelaksanaan OP akan dilanjutkan. Jika kebutuhan elpiji di satu daerah sudah mencukupi, pelaksanaan OP akan dipindahkan ke lokasi lain. "Kami akan melakukan monitoring hasil OP di masing-masing titik. Ini sebagai bahan evaluasi," tuturnya.

Adapun pelaksanaan OP digelar sejak Ahad (16/10). Di Kabupaten Sleman sendiri OP dilaksanakan di Kecamatan Kalasan dengan jumlah elpiji tiga kilogram 560 tabung. Sedangkan pada Senin (17/10) OP gas digelar di empat kecamatan, yakni Seyegan, Cangkringan, Godean dan Prambanan.

Dody menyampaikan, OP juga dilaksanakan di Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta dengan total 10 kecamatan. Di Sleman dan Bantul masing-masing empat kecamatan, sementara di Kota Yogyakarta dua kecamatan. "Masing-masing kecamatan dapat jatah 560 tabung gas melon," ujarnya.

Sebelumnya, kelangkaan gas melon telah terjadi sejak akhir September sampai awal Oktober ini. Kelangkaan tersebut dimanfaatkan oleh oknum pangkalan dan pengecer untuk menaikan harga gas melebihi HET. Bahkan, harga eceran gas tiga kilogram di beberapa wilayah seperti Condongcatur dan Maguwoharjo, Kecamatan Depok mencapai Rp 25 ribu per tabung.

Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral (SDAEM) Sleman, Sapto Winarno mengatakan, sudah membuat kesepakatan dengan para pemilik pangkalan agar mematuhi aturan HET. Jika ada pangkalan yang melanggar ketentuan tersebut, pihaknya tidak segan untuk memberikan sanksi.

"Sebenarnya kuota elpiji tiga kilogram untuk wilayah Sleman itu cukup, ada sebanyak 34.934 tabung per hari," tutur Sapto. Ia meminta agar masyarakat melaporkan pada dinas terkait jika menemukan kecurangan dalam penjualan elpiji bersubsidi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement