Selasa 25 Oct 2016 05:59 WIB

Masyarakat Albania Menerima Islam dengan Sukarela

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Muslim Albania
Muslim Albania

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Islam ditegakkan di Albania di bawah pemerintahan Ottoman yang berlangsung lebih dari 400 tahun, dari akhir abad ke-15 hingga 1912, ketika Albania menyatakan kemerdekaannya.

Menurut buku Denyut Islam di Eropa, kematian Skanderberg mendorong Islamisasi secara menyeluruh di Albania. Untuk menjamin kelangsungan masyarakatnya, Ottoman menerapkan hukum Islam di seluruh Albania dan Balkan.

(Baca: Bangkitnya Identitas Islam di Albania)

Khusus pada periode ini, sejarawan H Abiva dalam artikel Albania: Freedom Unconsidered menyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti kuat Ottoman melakukan konversi paksa terhadap penduduk taklukannya.

Ini diperkuat oleh sejumlah teks sejarah yang dianalisis sejarawan Barat, TW Arnold. Menurut Abiva, konversi terjadi se cara alamiah karena Islam dianggap me nawarkan praktik ritual yang tidak pelik dan rumit.

Islam menempatkan peme luknya sebagai individu yang bisa me mohon kepada Allah secara langsung, atau tanpa melalui perantara petinggi agama. Perang Balkan (1912-1913) memaksa Ottoman mundur dari semua wilayah jajahannya di daratan Eropa, kecuali Thracia Barat, Yunani.

(Baca Juga: Muslim Albania Geliatkan Pembangunan Masjid dan Pendidikan Agama)

Albania tertinggal sendirian dengan statusnya sebagai satu-satunya negara Islam di pinggir peradaban Eropa. Dalam situasi kritis, pemimpin Albania saat itu, Ismail Kemal Bey, meminta kekuatan-kekuatan besar Eropa Barat menjamin integritas wilayah Albania.

Harga yang harus dibayar masyarakat Islam Albania cukup mahal. William of Wied, pangeran katolik didaulat sebagai raja Albania Selepas Perang Balkan, Perang Dunia I melenyapkan harapan Albania untuk menjadi negara stabil di bawah prinsipprinsip Islam.

Ahmet Bey Zogoli menggulingkan Uskup Ortodox yang ditempatkan sekutu untuk memerintah Albania. Ia memproklamirkan diri menjadi raja. King Zog menanggalkan hukum Islam dan menggantinya dengan hukum lokal (swiss civil code).

Sekularisme Zog tidak hanya disambut baik masyarakat Katolik, Ortodoks, dan Bektashi, tapi menjadi lahan subur tumbuhnya komunisme. Perlahan tapi pasti, masyarakat Islam yang kehilangan keistimewaan warisan Ottoman mulai terserap ke dalam komunisme. Ulama kehilangan pengaruh dan gagal mengorganisasi dirinya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement