Rabu 26 Oct 2016 16:00 WIB

Kapan Dunia Islam Mengenal Seni Arabes?

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
  Salah satu bentuk seni Arabes.
Foto: starsinsymmetry.com
Salah satu bentuk seni Arabes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak catatan sejarah yang mengungkapkan hal ini. (Baca: Arabes, Karya Seni Terindah di Dunia Islam) Kendati demikian, Islam punya konsep dan ajaran yang tegas dalam mengajarkan umatnya untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Rasulullah SAW melarang umatnya untuk menggambar makhluk yang bernyawa.

Konsep inilah yang kemudian dikembangkan menjadi seni arabes. Namun demikian, tercatat sejumlah tempat yang menggunakan ilustrasi gambar makhluk hidup.

Catatan sejarah dan bukti arkeologis menunjukkan bahwa kaum Muslim sejak awal sejarahnya ada yang menerima gambar makhluk hidup sebagai karya seni bernilai tinggi. Lukisan dinding dari masa pemerintahan Umayyah (41-133 H/661-750 M) di Damaskus, Suriah, menunjukkan bahwa sebagian kaum Muslim dan penguasa pada waktu itu tidak takut menampilkan gambar makhluk hidup untuk menghiasi istana dan tempat peristirahatannya.

Istana kecil Qusair Amrah yang dibangun antara tahun 724-748 Masehi merupakan salah satu contoh bahwa kaum Muslim sejak awal telah dapat menerima gambar makhluk hidup sebagai hiasan. Qusair Amrah ini dikenal sebagai salah satu dari lima kastil yang terletak di padang pasir (castle of desert).

Dinding istana peristirahatan musim dingin ini berhiaskan lukisan pemandangan perburuan, olahraga senam, gulat, dan penari wanita dengan gaya Romawi dan Bizantium yang luar biasa indahnya.

Pada dinding sebelah barat terdapat lukisan enam orang raja dalam sikap hormat. Dari inskripsi di atas kepalanya—yang tertulis dalam bahasa Yunani dan Arab—empat di antaranya dikenal sebagai kaisar Bizantium, yakni Roderik, Raja Visigoth dari Spanyol, khusrau (syah) Sasanid dari Persia, dan Nagus dari Ethiopia.

Dua lainnya diperkirakan adalah kaisar Cina dan raja India. Beberapa ahli sejarah seni berpendapat bahwa lukisan tersebut menggambarkan kepatuhan atau pengakuan mereka terhadap khalifah Umayyah.

Arsitektur istana dan tempat peristirahatan ini bersifat duniawi. Bentuknya dipengaruhi oleh tradisi sebelumnya, termasuk gambar naturalisnya. Padahal, ajaran Islam sendiri sejak awal diturunkan tidak mengenal budaya naturalisme maupun antropomorfisme.

Sebab, dalam Islam terdapat pemisahan yang tegas antara Tuhan dan alam, Tuhan dan ciptaan-Nya. Tidak ada satu pun ciptaan-Nya di alam semesta ini yang bisa menggambarkan “wujud Tuhan”, karena Dia transenden atau tak terbayangkan kebesaran-Nya.

Ajaran tauhid dalam Islam memang menghilangkan penggambaran Tuhan dengan menggunakan simbol maupun ikon. Sebab, Allah SWT itu sangat agung, sehingga keagungan-Nya tak mungkin bisa digambarkan manusia yang paling cerdas dan sehebat apa pun.

Pandangan tauhid umat Islam yang semacam ini kemudian memengaruhi lahirnya seni Arabes. Seni ini hanya menggunakan pola tumbuhan dan geometris yang abstrak dan nonfiguratif, bukan pola manusia maupun binatang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement