REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Rektor 1 Universitas Darussalam Gontor Hamid Fahmy Zarkasyi mengatakan, di pesantren kajian-kajian untuk keuangan syariah masih terbatas kepada kitab klasik. Padahal, saat ini perkembangan keuangan syariah di Indonesia sudah banyak inovasi dan modifikasinya.
Oleh karena itu, perlu pendekatan inklusi keuangan syariah kepada para santri di pesantren agar mereka dapat ikut meningkatkan pertumbuhan industri keuangan syariah di Tanah Air. "Di pesantren sudah memahami keuangan syariah, namun institusi dimana dia harus mempraktekkan keuangan syariah gak ada," ujar Hamid yang ditemui dalam ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2016 di Grand City Surabaya, Kamis (27/10).
Hamid menjelaskan, lembaga keuangan syariah seperti bank dan takaful munculnya bukan dari pesantren, sehingga para santri di pesantren perlu memahami lembaga-lembaga keuangan syariah ini.
Menurut Hamid, perlu ada suatu lembaga kajian ekonomi islam di pesantren agar nantinya ke depan pesantren dapat menciptakan lembaga keuangan syariah tersendiri. "Untuk tahap awal kajian dulu, karena pesantren gak punya dana tapi punya konsep. Nah konsep ini yang menjadi penopang konsep-konsep yang sudah ada di perbankan syariah," kata Hamid.
Saat ini lembaga keuangan syariah yang sudah dimiliki oleh pesantren yakni masih sebatas BMT. Selain itu, pesantren juga harus dapat meningkatkan literasi keuangan syariah melalui UMKM berbasis syariah untuk menciptakan kemandirian. Pendirian UMKM berbasis syariah di pesantren sangat berpeluang untuk meningkatkan literasi keuangan syariah, karena pesantren dekat dengan masyarakat.