Sabtu 29 Oct 2016 18:46 WIB

BI Rumuskan Kurikulum Ekonomi Syariah untuk Pesantren

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
Santri
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Santri

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA --  Kepala Departemen Keuangan dan Ekonomi Syariah Bank Indonesia Anwar Basori mengatakan, Bank Indonesia sedang merumuskan model kurikulum yang tepat untuk mengenalkan ekonomi syariah kepada para santri di pesantren. Model kurikulum ini nantinya diharapkan dapat menumbuhkan jiwa enterpreneur dan juga membentuk kemandirian di kalangan para santri.

Menurut Anwar, model kurikulum ini tidak akan menyentuh pendidikan agama yang selama ini menjadi bahan ajar utama di pesantren namun lebih menyentuh kepada unit usahanya. Apalagi, orang-orang yang mengelola unit usaha harus memahami ekonomi syariah sehingga perlu ada pengenalan mengenai ekonomi syariah di pesantren sehingga ke depan para santri bisa mengelola bisnis secara mandiri.

Anwar mencontohkan, di Pesantren Nurul Iman seluruh santrinya yang berjumlah sekitar 15 ribu orang sudah bisa mengelola bisnisnya secara mandiri.  "Nurul Iman ini menjadi salah satu pesantren yang dimintai masukan untuk merumuskan model bisnis seperti apa yang bisa diterapkan di pesantren. Jadi saat ini kami sedang mengambil beberapa sampel dulu dan mendiskusikannya," kata Anwar, Sabtu (29/10)

Rencana ini masuk ke dalam blueprint Bank Indonesia yang akan segera dibuat. Ditargetkan pada awal 2017 model bisnis dan kurikulum mengenai ekonomi syariah untuk pesantren bisa diluncurkan. Anwar optimistis dengan adanya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), maka dapat mempercepat literasi keuangan di pesantren dan akan sejalan dengan roadmap yang dibuat oleh Bank Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement