REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) buka suara perihal pertimbangan pembagian dividen bagi para pemegang saham. Hal ini lantaran perseroan masih membutuhkan modal tambahan dalam mengembangkan aset dan pembiayaan.
Head of Investor Relations BSI Rizky Budinanda mengatakan, pembagian dividen telah disesuaikan dengan ketentuan anggaran dasar perseroan. Perihal berapa besar dividen yang dibagikan pun menunggu kewenangan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) oleh pemegang saham. Diketahui, kebijakan yang ditetapkan BSI adalah 25 persen dari laba bersih.
"Dividend policy kami 25 persen, tapi tergantung kebutuhan modal. Kami masih memerlukan kebutuhan modal untuk pertumbuhan aset," kata dia dalam Public Expose 2023 yang diikuti secara daring, Rabu (28/11/2023).
Pada tahun lalu, BSI membagikan dividen tunai Rp 426 miliar. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), pemegang saham menyetujui untuk membagikan dividen tunai sebesar 10 persen dari laba bersih perseroan pada tahun 2022, atau sekitar Rp 426.018.167.789 yang ekuivalen dengan Rp 9,24 per lembar saham. Kemudian, penggunaan 20 persen laba bersih perseroan untuk tahun buku 2022 disisihkan sebagai cadangan wajib perseroan. Adapun 70 persen akan dialokasikan sebagai laba ditahan.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengungkapkan, BSI telah memenuhi aturan batas minimum free float atau saham yang dimiliki publik sebesar 7,5 persen. Saat ini saham BSI yang dimiliki publik sudah hampir menyentuh 10 persen.
“Ini juga terkait dengan rights issue yang tahun lalu, di mana sebagian dari rights BRI maupun BNI itu dilepas ke masyarakat, sehingga ini membantu menambah free float kami,” kata Rizky.
Untuk rights issue tersebut telah menambah saham BSI yang dimiliki publik dari 5,5 persen menjadi sekitar 7 persen. Secara perlahan, dalam tahun ini juga ada beberapa yang sudah melepas dari pihak afiliasi.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan dan SDM BSI Tribuana Tunggadewi mengatakan pelepasan sebagian saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) masih dalam proses. Ia belum bisa mengungkap siapa yang akan menggantikan kepemilikan sebagian saham BRI dan BNI di BSI.
“Kami akan menunggu karena prosesnya juga masih belum selesai, sehingga kami juga belum dapat memberi gambaran seperti apa nantinya, siapa yang akan menggantikan,” kata Dewi.
Diketahui, saat ini sebesar 51,47 persen saham BSI tercatat dimiliki oleh Mandiri. Kemudian, 23,24 persen dipegang oleh BNI, 15,38 persen dipegang oleh BRI, dan 9,87 persen saham BSI dipegang oleh masyarakat.