REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengatakan, sebagai umat mayoritas, umat Islam tidak boleh rendah diri dengan umat lain di dunia. Umat Islam harus menonjolkan potensi dirinya di hadapan umat lain secara berdampingan.
“Terkadang pada saat tertentu, sering kita (umat Islam) merasa rendah diri. Padahal, umat Islam mayoritas,” kata Azyumardi Azra pada acara Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) di Bandar Lampung, Kamis (3/11).
Azra mengatakan, Indonesia sebagai negara Muslim mayoritas bergantung pada konsep negara yang moderen. Artinya, Indonesia menerima demokrasi dengan pendekatan teokrasi Islam.
Sejarah membuktikan ada tiga macam demokrasi yang telah dilalui, yakni demokrasi liberal 1955-masa Soeharto, demokrasi terpimpin 1959-1965, dan demokrasi Pancasila 1966-1998. “Umat Muslim menerima demokrasi yang pelaksanaannya sejalan dengan Islam,” katanya.
Menurut Azra, kehadiran demokrasi di Indonesia tidak lepas dari organisasi sipil termasuk keberadaan Islam. Sehingga, Pancasila dapat diterima dengan jalan tengah antara idealisme sekuler dan negara Islami.
Keberadaan Islam sebagai umat mayoritas, kata dia, sudah ada sejak lahirnya organisasi Nahdatul Ulama tahun 1926 dan Muhammadiyah tahun 1912, dan beberapa organisasi Islam lainnya di negeri ini. “Organisasi Islam tersebut merupakan religious based civil society organization. Mereka menerima multikultural,” katanya.