REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Ade Komaruddin (Akom) menilai saling tuding jelang peristiwa besar seperti aksi unjuk rasa Bela Islam pada 4 November besok, adalah hal yang wajar. Ia menilai hal tersebut adalah bunga sebuah peristiwa.
Hal tersebut Akom menanggapi pernyataan dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meminta intelijen tidak asal menuduh terkait aksi unjuk rasa menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus dugaan penistaan agama. Menurutnya tuding menuding antar elit politik masih dalam koridor yang wajar.
"Biasa dalam situasi seperti ini. Tudingan ini akhirnya jadi bunga peristiwa itu," katanya di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (3/11)
Sebelumnya Akom juga menghimbau kepada elit agar menahan diri untuk tidak memperkeruh situasi. Termasuk dengan memberikan pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Namun dirinya akan berdiri tegak menghadang apabila dalam demonstrasi tersebut ada niatan untuk menjatuhkan pemerintahan.
Bahkan Akom menegaskan berdiri paling depan untuk mempertahankan pemerintahan saya ini. Sebab pemerintahan ini lahir dari sistem yang sangat demokratis. Yakni melalui Pemilihan Umum (Pemilu) dengan biaya yang sangat besar.
"Berpikiran seperti itu boleh saja. Tapi sebaiknya elite politik menahan diri terhadap pikiran-pikiran yang dapat membuat kontroversi," katanya.