REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI) menutup Konferensi Nasional Sejarah (KNS) X Tahun 2016. Konferensi yang digelar setiap lima tahun sekali ini mengambil tema, 'Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalan Perspektif Sejarah'.
"Aad sejumlah rekomendasi untuk menghadirkan kembali kejayaan bahari Indonesia," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hilmar Farid di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (9/11).
Pertama, perlunya pembangunan budaya bahari sebagai landasan dari sebuah negara maritim yang telah menyatakan, laut sebagai pemersatu bangsa.
Kedua, perlunya paradigma baru dalam merumuskan visi kelautan Indonesia untuk pembangunan manusia. Dinamika laut tidak hanya pada permukaannya, tetapi juga kekayaan yang terdapat di dalamnya.
Ketiga, perlunya pemupukan tradisi historiografi Indonesia yang melihat laut sebagai dimensi baru dalam dinamika pembangunan.
Keempat, perlunya penguatan pendidikan karakter bangsa melalui perubahan dalam proses dalam pembelajaran sejarah dengan menampilkan drama, film dokumenter dan dalam bentuk-bentuk lainnya.
Kelima, perlunya melakukan 'revolusi mental' bangsa melalui kebijakan penataan kembali sistem pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan sejarah, seperti rekontruksi kreatif sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai atriotisme dan cinta tanah air, serta semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Keenam, perlunya strategi kebudayaan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara poros maritim. Ketujuh, menghidupkan kembali kegiatan nyata untuk menumbuh kembangkan semangat dan cinta laut seperti arung sejarah bahari (AJARI) yang diikuti generasi muda khusunya mahasiswa dari seluruh Indonesia.