REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berpotensi besar menjadi pusat investasi berbasis syariah. Pada Lima tahun terakhir, index saham syariah Indonesia (ISSI) tumbuh 43 persen, dengan index harga saham gabungan (IHSG) sebesar 41 persen.
Sementara, saham dalam Daftar Efek Syariah (DES) per Juni 2016 sebanyak 306 saham dan mencapai 53 persen, yang tercatat dari seluruh komposisi saham terdaftar di bursa. Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Bambang Sudibyo, mengingatkan kehadiran fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) melalui Penerapan Prinsip Syariah yang Mengatur Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa, diharapkan mampu memancing investor masuk pasar modal.
"Sebab, tidak ada keraguan tentang hukum bertransaksi saham syariah, sehingga pasar modal syariah semakin bangkit," kata Bambang, Kamis (10/11).
Ia menerangkan, dorongan itu salah satunya diwujudkan melalui kerjasama dengan PT. Henan Putihrai, yang akan memberikan infak sebesar 20 persen keuntungan transaksi syariah. Bambang berpendapat, sistem trading syariah daring PT. Henan Putihrai telah melalui sertifikasi DSN-MUI, sehingga bisa jadi teladan yang baik di Indonesia.
Senada, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI), Hamdi Hassyarbaini, menilai kerjasama itu merupakan kesempatan berharga bagi BEI. Pasalnya, Baznas selama ini sudah mengelola dana umat yang sangat besar, dan jika bisa dikelola PT. Henan Putihrai diyakini bisa memberi manfaat yang besar pula.
"Ini memberi stimulus besar bagi pasar modal Indonesia dan BEI, berharap pembukaan online (daring) trading HPX bisa meningkatkan aktivitas pasar modal Indonesia," ujar Hamdi.