Selasa 15 Nov 2016 14:03 WIB

BPS: Kinerja Perdagangan Indonesia Mulai Pulih

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja ekspor dan impor Indonesia menunjukkan adanya perbaikan sejak Agustus 2016. Perbaikan ini dilihat dengan adanya peningkatan nilai ekspor maupun impor per bulan sejak Agustus hingga Oktober tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama 2015 lalu.

Hanya saja, secara kumulatif Januari hingga Oktober, nilai perdagangan masih tumbuh negatif dibanding 2015 lalu. Nilai ekspor sepanjang Januari hingga Oktober tahun ini tercatat 117,09 miliar dolar AS, turun 8,04 persen dari tahun lalu. Sedangkan untuk impor, secara kumulatif tercatat raihan sebesar 110,17 miliar dolar AS atau turun 7,5 persen.

Berdasarkan data BPS, pada Agustus hingga Oktober tahun ini nilai ekspor Indonesia tercatat di angka 12,57 hingga 12,75 miliar dolar AS. Tren kenaikan di tahun ini sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu di mana nilai ekspor Agustus hingga Oktober tercatat 12,12 hingga 12,73 miliar dolar AS.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menilai, ada optimisme bahwa kinerja ekspor bisa terus menunjukkan tren kenaikan hingga akhir tahun. Terlebih, berdasarkan pola tahunan yang terjadi, nilai ekspor memang diproyeksikan meningkat pada akhir tahun.

Sementara dari sisi impor, tren yang mirip dengan kinerja ekspor juga terjadi. Sejak Agustus tahun ini, nilai impor menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tercatat, untuk Agustus, September dan Oktober 2016 raihan nilai impor tercatat masing-masing 12,39 miliar dolar AS, 11,30 miliar dolar AS, dan 11,47 miliar dolar AS. Angka ini sedikit meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu yang berkisar di angka 11,11 hingga 12,4 miliar dolar AS.

"Ekspor ke depan prospektif kalau masih di atas 12 miliar dolar AS sepanjang November dan Desember. Kita akan cukup baik. Harapannya masih ada untuk sektor manufaktur untuk ekspor," ujar Sasmito di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/11).

Sasmito melanjutkan, tren pemulihan kinerja perdagangan akan berlangsung secara bertahap hingga 2017. Namun hal ini tentu bisa berjalan baik dengan dukungan regulasi yang mendukung industri dari pemerintah.

Kinerja perdagangan pada akhir tahun ini, menurut Sasmito, masih didorong oleh perbaikan harga minyak kelapa sawit, batu bara, dan karet. Ia menilai, impor tidak perlu ditekan secara signifikan, selama kinerja ekspor bisa mengimbangi dengan ikut meningkat. "Yang penting balance," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement