REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah secara khusus mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aksi penarikan dana dari bank secara besar-besaran atau rush money. Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, aksi ini jutsru akan berdampak pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah lantaran ekonomi yang menjadi tak stabil bila dana nasabah ditarik secara massal.
Pernyataan Sri ini menanggapi adanya kabar yang beredar dan ajakan dari kelompok tertentu untuk melakukan aksi rush money pada 25 November mendatang.
"Kalau sampai terjadi ekonomi yang tak stabil, yang terkena justru kelas menengah dan masyarakat yang bawah itu. Sebetulnya keinginan untuk mengekspresikan pandangan politik silahkan diekspresikan dengan cara-cara, secara politik," ujar Sri, Kamis (17/11) malam.
Dengan melakukan aksi rush money, lanjut Sri, adalah bentuk melukai diri sendiri yang ia anggap kontra produktif dengan upaya pemerintah belakangan ini untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Terlebih, kondisi ekonomi global sedang melemah.
Ia menekankan, ekspresi politik masyarakat boleh saja disampaikan, namun dengan langkah politik yang bijaksana. Sedangkan menurutnya, rencana aksi rush money justru akan menggoyahkan ekonomi Indonesia.
"Dan kalau masyarakat sangat peduli dengan perekonomian Indonesia, maka dia akan menjaga, nggak akan mudah dia dihasut untuk merusak negaranya sendiri. Menurut saya itu adalah suatu hasutan yang berbahaya,'" katanya.
Dibanding melakukan penarikan dana bank secara serentak, Sri mengajak masyarakat untuk ikut menjaga kondisi sosial yang baik. Ia menekankan, stabilitas ekonomi domestik akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad berharap agar rencana aksi yang beredar melalui media sosial terkait rush money tidak akan terjadi. Secara fundamental ekonomi, Muliaman menilai kondisi perekonomian Indonesia akan tetap sehat.
Muliaman bahkan mempertanyakan aksi tersebut, penarikan dana tunai justri akan memberikan beban kepada nasabah yang akan dipusingkan dengan lokasi penyimpanan uang pasca-penarikan dari bank.
Padahal, menurutnya, penyimpanan uang selain di bank justru tidak memberikan return yang menguntungkan di samping malah membahayakan nasabah.
"Tentu saja kalaupun itu terjadi ada persoalan-persoalan lain. Tapi kalau menurut saya kemudian mau ditaruh di mana itu kalau ditarik uangnya, mau ditaruh di bawah bantal? Atau di tempat lain yang returnnya lebih rendah? Jadi mudah-mudahan ini hanya desas-desus. Saya kok optimis nggak akan terjadi, karena tidak ada alasan untuk itu," katanya.