REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyampaikan pandangannya mengenai evaluasi perkembangan pasar modal pada 2024 dan memberikan arahan untuk keberjalanan industri tersebut pada 2025. Sri Mulyani menyebut semester I/2024 merupakan masa yang memang sulit bagi perekonomian, termasuk pasar modal karena banyaknya tantangan yang mendera, baik di dalam negeri maupun global.
Hal itu disampaikan oleh Sri Mulyani, setelah mendengarkan laporan dari Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar yang menyebutkan pasar modal Indonesia pada 2024 mengalami tantangan yang tidak mudah, dengan capaian IHSG yang melemah sekitar 2,6 persen, dan sempat anjlok ke level terendah sebesar 6.726,92 pada Juni 2024.
“Kita semua memahami, tahun 2024 bukanlah tahun yang mudah. Kita sangat familiar dengan dinamika tersebut dan masing-masing sudah diberi jatah tekanannya seperti apa di bulan-bulan kuartal 1 dan kuartal 2,” kata Sri Mulyani saat memberikan sambutan dalam acara Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2025 di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Sri Mulyani menerangkan, untuk pemerintah sendiri, yang dihadapi pada kuartal I/2024 adalah adanya momen pemilihan presiden (Pilpres) yang penuh dinamika. Namun, ia mengklaim prosesnya selamat dan aman. Pada kuartal yang sama, ia menyebut Indonesia didera masalah El Nino yang diakibatkan kondisi perubaha iklim. Ancaman El Nino diprediksi akan sangat panjang, bahkan sudah mulai dari tahun 2023.
Sehingga, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah harus melakukan langkah-langkah untuk membantu masyarakat, terutama para petani yang menghadapi musim kering yang panjang. Bantuan pangan diberikan sebagai tambahan dari bantuan sosial yang sudah ada di dalam APBN, bantuan anggaran untuk pembelian pompa air bagi Kementerian Pertanian untuk bisa mengairi sawah yang mengering, dan bantuan untuk subsidi pupuk yang dinaikkan sehingga memberikan jaminan petani bisa bertanam dengan pupuk yang ada dan affordable.
“Di sisi lain di sektor keuangan, pasar surat berharga dan nilai tukar, saya dan Pak Gubernur (BI Perry Warjiyo) harus berjibaku dengan pressure yang terus-menerus hingga semester 1. Tak heran tadi Pak Mahendra menyampaikan di semester 1 indeks harga saham mencapai terendah dalam tahun ini,” tuturnya.
“Kita merasakan semester 1 adalah tekanan yang begitu berat,” lanjutnya menegaskan.
Bagi Kementerian Keuangan, Sri Mulyani menyebut penerimaan pajak SPT yang disampaikan masyarakat pada Maret untuk orang pribadi dan April untuk perusahaan, sudah menunjukkan tanda-tanda koreksi yang sangat dalam.
“Penerimaan kita semester 1 mengalami kontraksi yang cukup dalam. Ini semua adalah yang kita lalui pada terutama semester 1, barulah pada bulan Agustus kita sedikit melihat ada the light at the end of the tunnel a little bit, just a sliver of light. Moga-moga bukan kereta api yang nabrak kita gitu, ya. Dan memang mulai terjadi beberapa perbaikan,” tuturnya.
Namun, lanjutnya, episode dunia diambil alih oleh peristiwa politik, baik di Timur Tengah maupun hasil Pilpres AS yang menimbulkan dampak terhadap proyeksi perekonomian terbesar dunia, yakni AS.
“Dua minggu yang lalu kita disuguhi dengan drama kemungkinan Amerika bisa default karena tidak ada kesepakatan mengenai APBN-nya. Kita lihat banyak drama negara APBN tidak disepakati menyebabkan pemerintah menjadi berubah dari mulai Perancis Perdana Menteri harus resign 2 kali, Inggris yang terjadi perubahan pemerintahan, di Jerman hari ini tekanan sangat tidak mudah karena faktor APBN,” jelasnya.
Diketahui, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan laporan mengenai perkembangan kinerja pasar modal sepanjang 2024 kepada pemerintah dalam pembukaan perdagangan BEI tahun 2025. Diantara yang disampaikan Mahendra adalah beberapa hal dalam pasar modal perlu dilakukan perbaikan.
“Pembukaan perdagangan di awal tahun ini merupakan sarana yang tepat untuk mendengarkan instruksi terkait sektor jasa keuangan, termasuk industri pasar modal yang dapat berperan terhadap program-program strategis pemerintah dan target pertumbuhan ekonomi,” kata Mahendra.
Mahendra menjelaskan, sejumlah indikator kinerja pasar modal Indonesia pada 2024 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Menurut catatannya, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 30 Desember 2024 ditutup di level 7.079,91, turun 2,6 persen dibandingkan dengan tahun 2023. Namun masih berada di atas level terendah 6.726,92 yang terjadi pada Juni 2024.
“Rentang besar 1.200 poin antara tingkat tertinggi dan terendah indeks di tahu 2024 merefleksikan volatilitas yang luar biasa pasar modal global sebagai dampak perekonomian dunia yang mengalami tantangan berat,” ungkapnya.
Adapun nilai kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp 12.300 triliun, atau tumbuh 6 persen, yang apabila dibandingkan ekonomi nasional mencapai 56 persen dari PDB. Aktivitas penghimpunan dana di pasar modal tercatat 199 penawaran umum dengan total nilai penghimpunan dana Rp 259,24 triliun, termasuk 43 emiten baru dengan nilai IPO Rp 16,68 triliun dan penawaran umum perdana saham (PUPS) senilai Rp 41,77 triliun.
Sementara itu, pada bursa karbon hingga 27 Desember 2024 tercatat volume transaksi mencapai 908 ribu ton co2 ekuivalen dengan nilai transaksi akumulasi Rp 50,64 miliar. Sedangkan jumlah single investor identification (SID) mencapai 14,8 juta atau meningkat 22,21 persen year to date (ytd).
“Namun demikian, kita juga melihat masih banyak ruang perbaikan yang harus dilakukan. Indeks LQ45 yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid serta biasanya menjadi rujukan investasi fund manager global domestic justru melemah 15,6 persen,” ungkap Mahendra.
Ia menjelaskan, kontribusi pasar saham terhadap produk domestik bruto (PDB) tumbuh, namun disebut masih rendah dibandingkan dengan negara-negara kawasan lainnya. Seperti India sebesar 140 persen, Thailand 101 persen, dan Malaysia 97 persen.
“Hal itu menunjukkan untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar diperlukan penguatan ekosistem pasar modal kita, sehingga meningkatkan aspek integritas pasar yang menjadi landasan well-functioning and efficient capital market,” terangnya.