REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi yang menimpa warga Rohingya di Rakhine, Myanmar, mengusik sisi kemanusiaan. Namun, semua elemen masyarakat diharap bisa menahan diri dan tetap tenang menanggapi tragedi tersebut.
Ketua Widya Sabha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Suhadi Sendjaja, meminta semua elemen masyarakat Indonesia memahami tragedi kemanusiaan di Rakhine bukan sebagai masalah agama. pemahaman itu harus dimiliki semua pihak agar masyarakat Indonesia, tidak terjebak dengan niatan dari para pelaku yang ingin memecah kerukunan umat beragama.
Karena itu, Suhadi mengajak masyarakat Indonesia mengerti persoalan itu tidak terjadi di Myanmar secara keseluruhan, tapi di Rakhine selama ribuan tahun. "Kita harus sepakati itu, jangan sampai tergiring ke sana," kata Suhadi kepada republika.co.id, Senin (21/11).
Suhadi menilai, persoalan ini memang tidak luput dari pihak-pihak tertentu yang selalu berusaha membuat permasalahan yang ada, tidak pernah terselesaikan atau menemui solusi damai. Saat ini pun, menurutnya, pemerintah Myanmar tampak terus berusaha mengatasi persoalan dalam negerinya tersebut, tentu demi wujudkan perdamaian.
Untuk itu, ia berharap semua elemen mampu menggarisbawahi persoalan yang ada dari sisi kemanusiaan, termasuk kondisi politik Myanmar yang memang tengah berusaha berubah dari sistem militer ke demokrasi. Menurut Suhadi, masyarakat juga harus berhati-hati dengan kabar-kabar atau hoax yang kerap beredar liar di media sosial.