Rabu 07 Dec 2016 17:52 WIB

Menko PMK: Kebaya Punya Makna Filosofi Khusus

?Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat membuka Pagelaran Pesona Kebaya Nusantara dalam rangka menyongsong Hari Ibu Tahun 2016, di Jakarta, Rabu (7/12).
Foto: Istimewa
?Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat membuka Pagelaran Pesona Kebaya Nusantara dalam rangka menyongsong Hari Ibu Tahun 2016, di Jakarta, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemerintah sangat menaruh perhatian dan harapan besar pada pelestarian dan pengembangan kebaya, yang dapat diarahkan untuk memperkuat industri kebaya sehingga semakin memperluas kecintaan dan penggunaan produk dalam negeri.

“Kebaya bukan hanya sekedar pakaian namun juga mempunyai makna filosofi khusus. Bentuknya yang sederhana merupakan wujud kesederhaan masyarakat Indonesia yang memancarkan nilai-nilai kepatuhan, kehalusan, dan perilaku wanita yang serba lembut. Kebaya merupakan icon wanita Indonesia yang anggun dan berbudaya, yang selalu mengayomi, serta memberikan ketenteraman hati,” jelas ‎Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat membuka Pagelaran Pesona Kebaya Nusantara dalam rangka menyongsong Hari Ibu Tahun 2016, di Jakarta, Rabu (7/12). Acara ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Kebayaku.  

“Pengembangan kebaya, selain untuk memperkuat industri kebaya, juga dapat memperkuat kepribadian budaya perempuan Indonesia yang memiliki nilai estetika dan kearifan lokal.  Oleh karena itu, perlu menjadi pemikiran dan komitmen kita bersama untuk mendukung upaya pelestarian dan pengembangan kebaya sebagai icon busana perempuan nan anggun dan berkarakter, tidak hanya untuk Indonesia namun juga untuk masyarakat dunia,” ujar Menko Puan.

 

Menko PMK memaparkan sejarah kebaya bisa ditelusuri sejak ratusan tahun lalu yang menyebar hampir ke seluruh penjuru Nusantara dengan berbagai bentuk dan variasi sesuai dengan perkembangan budaya setempat. Kebaya tidak hanya dipadukan dengan batik atau sarung pelekat namun juga dengan aneka kain tradisional daerah setempat seperti tenun, songket, ulos dan lainnya.

 

Oleh karena itu, dari berbagai busana tradisional yang ada, kebaya oleh Presiden Soekarno ditetapkan sebagai salah satu busana nasional, khususnya bagi wanita karena dianggap paling ideal mencerminkan karakter dan keanggunan sosok perempuan Indonesia.

 

Puan menambahkan, adalah tepat apabila mengangkat tema ini sekaligus memperingati Hari Ibu Nasional yang jatuh setiap tanggal 22 Desember. “Kebaya dan Ibu, dua karakter yang melambangkan wanita Indonesia yang kuat, teguh, namun lembut dan selalu menginspirasi,” kata Puan.  

 

Puan berharap lewat agenda ini akan memberikan kontribusi bagi pelestarian dan pengembangan kebaya dan budaya Indonesia. “Dengan semangat cinta busana karya budaya bangsa, kita semua berharap di masa mendatang, melalui sentuhan disain dan kreatifitas para perancang busana, kebaya dapat bersaing dan berada pada kedudukan yang sama terhormatnya dengan busana modern lainnya baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional,” pungkas Puan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement