REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta (DIY) meminta aparat kepolisian untuk menahan para pelaku pengeroyokan siswa SMA Muhammadiyah I Yogyakarta, dua hari lalu. Akibat pengeroyokan tersebut satu siswa meninggal dan beberapa diantaranya luka parah. PWM DIY juga mendesak agar aparat kepolisian menindak tegas para pelaku dengan aturan hukum kriminal yang ada.
"Kebetulan pelakunya anak-anak, tapi melihat problem ini serius, jangan sampai terkesan jangan sampai ada efek jera karena ringannya hukuman pada anak ini," ujar Ketua PWM DIY, Gita Danupranata di kantor PWM Yogyakarta, Rabu (14/12).
Desakan PWM DIY ini disampaikan saat audiensi para pengurus PWM DIY dan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah I ke Polda DIY Rabu pagi. Menurut Gita, Muhammadiyah juga akan sinergi dengan aparat kepolisian untuk mengkondisikan kasus ini agar tidak melebar pada pelajar lain. Pasalnya, saat ini, sudah banyak korban pelajar akibat kasus kekerasan antar pelajar tersebut.
"Menjadikan Yogya aman menjadi hal yang mendesak, karena saat ini mulai banyak orangtua siswa yang mencemaskan anaknya yang belajar di Yogya," katanya.
Hal senada diungkapkan Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PWM DIY, Arif Budi. Menurutnya, pengeroyokan terhadap siswa SMA Muhammadiyah I Yogya hingga menyebabkan satu pelajar meninggal sudah bukan kenakalan remaja. "Ini sudah tindak kriminal karena berdasarkan kronologinya mereka sengaja membawa senjata tajam dan menyerang dari belakang," ujarnya.
Karena itu, pihaknya meminta aturan hukum yang diterapkan pada pelaku bisa memberikan efek jera. Pasalnya jika sanksi hukum yang diberikan cukup tingan maka kasus serupa akan terus terulang. "Cukuplah ini yang terakhir jangan terulang lagi," ujarnya.
Muhammadiyah juga mengusulkan agar polisi kembali menggalakkan program dua polisi dalam satu sekolah. Ini menurutnya, cukup efektif untuk megendalikan kenakalan pelajar apalagi merembet ke kriminalitas.