REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Yunahar Ilyas, mengingatkan posisi dakwah dai di Indonesia adalah wasathiyah atau moderat. Tapi, ia menegaskan, Islam wasathiyah yang dimaksud bersifat positif dan aktif, bukan tidak tahu apa-apa.
"Kita menjaga keseimbangan dengan 10 karakter dakwah Islam Wasathiyah yang sudah diputuskan Munas Majelis Ulama Indonesia di Surabaya," ungkap Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Prof Dr Yunahar Ilyas, Rabu (14/12).
Ia menerangkan, karakter pertama adalah tawassuth atau tidak ikut ekstrim kiri maupun kanan, dan kedua tawazun atau menjaga keseimbangan yang ada. Ketiga ya'dil atau adil memberikan sesuatu yang hak, dan keempat tasamuh atau penuh toleransi.
Kelima, lanjut Yunahar, adalah almusawa atau egaliter dan tidak disktriminatif, serta keenam suro atau tidak menang sendiri dengan berpengang pada musyawarah. Ketujuh adalah islah atau mau mencari yang lebih bermaslahah, dan kedelapan aulawiyah atau menentukan prioritas.
Karakter kesembilan, kata Yunahar adalah tatawur ihtikar atau memiliki dinamika yang maju dengan kreatifitas, dan terakhir menekanan keberadaban.
Menurut Yunahar, 10 karakter dakwah Islam Wasathiyah itu merupakan pegangan dai menebarkan moderat, baik dari pemahaman maupun gerakan. "Jadi, baik dari segi pemahaman dan gerakan, kita harus hindari kanan dan kiri, ambil jalan moderat," ujar Yunahar mengingatkan.