REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ai Rahma Ketum PB KOPRI (Korps PMII Puteri) menilai intensitas kekerasan semakin meningkat akhir-akhir ini. Ai mengakatan dalam minggu ini terjadi beberapa peristiwa kekerasan sistematis.
Ai menambahkan KOPRI memandang bahwa faktor kekerasan terhadap anak tidak hanya datang dari pola pengasuhan saja. Tapi juga dari faktor konteks sosial yang sedang berkembang.
"Maka dari itu kami menolak segala bentuk ekstrimisme dan kekerasan atas nama apapun, entah itu atas nama agama atau yang lainnya," kata Ai dalam siaran persnya, Ahad (18/12).
Karena itu, kata Ai, KOPRI bersinergi dengan KPPPA melakukan Deklarasi Pemuda Untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak. KOPRI mengutuk keras peristiwa di NTT, Yogyakarta, dan Bandung.
Ai menambahkan Kopri minta masyarakat agar waspada terhadap situasi keamanan dan perkembangan politik nasional termasuk isu-isu yg sifatnya provokatif. "KOPRI juga meminta aparat hukum untuk bisa menjamin rasa aman bagi masyarakat," katanya.
Sebelumnya, hari senin (12/12) telah terjadi aksi pembacokan pelajar SMA Muhammadiyah Yogyakarta, mereka diserang saat melintasi jalan Imogiri dusun Lanteng Bantul. Kemudian Selasa pagi (13/12), seorang remaja tega menggorok leher tujuh siswa/i SDN 1 Sabu Barat Kecamatan Sabu Barat Kabupaten Sabu Raijua. Selanjutnya Selasa sore, di Bandung seorang pemuda membabi buta menyerang delapan orang menggunakan pisau yang mengakibatkan seorang tewas.