REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahan bakar minyak jenis solar salah satu yang tidak mengalami kenaikan pada Periode Januari hingga Maret 2017. Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan pihaknya menanggung beban dengan kebijakan pemerintah ini.
"Ketika (harga) solar nggak naik buat kami nggak masalah. Cuma ini hitungan tahun saja, Pertamina kan ada kerugian ke sana. Kalau rugi itu kebijakan pemerintah gimana, kami terbuka," kata Ahmad di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Selasa (20/12).
Ia menjelaskan dengan estimasi OPEC di mana harga minyak dunia berada pada kisaran 55-60 dolar AS per barel, Pertamina merugi ketika solar dijual Rp 5.150 per liter. Berbeda dengan Premium yang menurutnya masih mendatangkan keuntungan tipis.
Ahmad mengungkapkan bagaimana Pertamina mencari keuntungan di sektor lain. Produk BBM nonPSO (nonsubsidi), seperti Pertamax dan Pertalite tetap memiliki gap harga lebih rendah dari para pesaing. "Jadi ini kesempatan pertamina untuk merebut pasar mereka. Biar masyarakat juga tahu lah bahwa Pertamina juga makin efisien," tutur Ahmad.
Direktur Utama Pertamina DWi Soetjipto menilai kebijakan pemerintah lebih terfokus pada menjaga daya beli masyarakat. Pertamina, kata dia, tetap melanjutkan efisiensi untuk menjaga keseimbangan perusahaan.