Senin 26 Dec 2016 08:25 WIB

Alquran Gerakkan Ilmuwan Muslim Teliti Sejarah Mesir Kuno

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agung Sasongko
peti mati Mesir kuno, salah satu koleksi di Museum Fitzwilliam
Foto: Museum Fitzwilliam
peti mati Mesir kuno, salah satu koleksi di Museum Fitzwilliam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kajian ilmu telah lekat dengan umat Islam. Tak hanya kekinian yang menarik untuk dikaji, namun keberadaan masa lampau pun menggerakkan umat Islam untuk mempelajarinya. Termasuk, kajian tentang Mesir kuno, budaya dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya.

Tak heran jika muncul cendekiawan Muslim yang paham benar mengenai Mesir kuno ataupun huruf-huruf hieroglif yang digunakan pada masa tersebut. Salah satu nama yang masyhur dalam kajian ini adalah Ibn Wahishiya yang bernama lengkap Ahmad ibn Abubekr ibn Wahishih.

Salah satu karyanya tercetak dalam sebuah manuskrip Arab yang dalam bahasa Inggris berjudul Ancient Alphabets and Hieroglyphic Characters Explained with an Account of the Egyptian Priests, Their Classes, Initiation, and Sacrifices.

Buah karya Wahishiya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu diterbitkan di London pada 1806 oleh seorang orientalis terkemuka, Joseph Hammer. Penerbitan ini dilakukan 16 tahun lebih dulu dibandingkan penerbitan karya ilmuwan Prancis, Jean-Francois Champollion.

Ini berisi surat Champollion yang mengumumkan keberhasilannya dalam memecahkan huruf-huruf hieroglif. Ia masih seorang remaja belia pada saat karya Ibn Wahishiya diterbitkan di London.

Okasha El Daly, seorang ilmuwan yang juga Honorary Reseach Fellow, Institute of Archeology, University College, London, mengungkapkan, paling tidak, saat Muslim menguasai Mesir pada abad ke-7, banyak Muslim tergerak untuk mempelajari apa yang ada di wilayah baru itu.

Mereka digerakkan oleh ayat-ayat Alquran untuk mempelajari peradaban yang ada, termasuk peradaban Mesir masa lalu. Mereka bergegas mendatangi sejumlah monumen, makam, kuil, dan menggali serta mengumpulkan beragam ilmu pengetahuan.

Saat menemukan sejumlah bangunan kuno yang tak lagi terpakai, terkadang mereka membangun tempat ibadah. Masjid Abu Al-Hajjaj di Luxor merupakan sebuah contoh nyata umat Islam yang menciptakan sebuah tempat ibadah suci di atas bekas bangunan kuno Mesir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement