REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memanggil Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Daniel Saphiro pada Ahad, (25/12). Pemanggilan itu dilakukan karena Israel sangat marah kepada AS.
Ini disebabkan AS bersikap abstain dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan (DK) PBB untuk memutuskan resolusi PBB yang meminta Israel menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina. Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump mengatakan, pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB merupakan kerugian besar bagi Israel.
"Hal itu akan membuat negosiasi damai akan semakin sulit dilakukan," ujarnya melalui Twitter-nya, seperti dilansir BBC, Ahad, (25/12).
Menurut Trump, ini akan segera diperbaiki begitu dia menduduki Gedung Putih 20 Januari. "Semua akan jadi berbeda begitu saya jadi presiden," ujarnya.
Netanyahu mengatakan, Israel akan berupaya keras supaya resolusi itu dibatalkan. "Sekutu di Kongres AS dan pemerintahan AS yang baru akan bersama kami melawan resolusi PBB tersebut dengan cara apa pun," ujarnya.
Bahkan, ujar dia, Israel telah menghentikan pendanaan bagi lima institusi PBB, terutama yang menyusahkan Israel. "Kami akan melakukan upaya yang lebih jauh jika diperlukan," ujarnya.
Israel memanggil duta besarnya dari Selandia Baru dan Senegal, sebab kedua negara tersebut mendorong resolusi PBB untuk Israel. Selain itu Israel membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri Senegal dan Ukraina yang mendukung teks resolusi PBB tersebut.