REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berencana melakukan trauma counseling school atau konsultasi trauma bagi pelajar yang terdampak banjir bandang di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Intinya mensugesti siswa agar mau kembali ke sekolah," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (29/2).
Program penanganan trauma tersebut akan menyasar sekitar 6.000 pelajar yang terdampak banjir. Ia merinci, terdapat 39 sekolah di Kota Bima yang terdampak langsung banjir bandang.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menyebut, program penanganan trauma di Bima, tidak akan seberat anak korban gempa di Kabupaten Pidie Jaya. Ia menjelaskan, banyak anak di Pidie Jaya dan sekitarnya takut masuk ke sekolah.
"Anak di Pidie Jaya, masih takut masuk sekolah (dalam ruangan). Dan itu tak hanya anak di sekolah yang terdampak, termasuk siswa di sekolah yang tak terkena dampak (juga masih takut)," kata dia.
Sehingga, ia meyakini penanganan anak korban banjir di Bima tidak akan seberat di Pidie Jaya. Selain itu, banjir bandang menerjang pada siang hari sehingga tidak ada korban jiwa, termasuk pelajar maupun guru.
"Kemungkinan penanganan trauma counseling school tak terlalu berat," ujar Muhadjir.