REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kaum Muslimin sering mendengar kata “ghirah Islamiyah” yang secara singkat diartikan dengan cemburu dalam beragama. Namun apakah sesungguhnya arti kata “ghirah Islamiyah” itu?
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Sulawesi Selatan, KH Mudzakkir M Arif Lc MA, ghirah artinya adalah kecemburuan. “Ghirah Islamiyah adalah rasa, sikap dan prilaku marah ketika Islam diganggu, direndahkan, dilecehkan, disepelekan,” kata Mudzakkir kepada Republika.co.id, Kamis (29/12/2016).
Mudzakkir menambahkan, ghirah Islamiyah adalah konsekuensi logis dari syahadatain (pengucapan dua syahadat). “Ghirah Islamiyah adalah bentuk penghayatan dan barometer iman. Ghirah Islamiyah adalah wujud cinta kepada Islam,” ujar Mudzakkir.
Mudzakkir menegaskan, tidak marah kalau ajaran Islam direndahkan, itu berarti belum memiliki ghirah. “Tidak marah ketika Alquran dinistakan, itu bukti bahwa syahadat dan imannya belum menghasilkan ghirah,” tutur Mudzakkir.
Mudzakkir mengemukakan, tidak marah ketika isteri dan atau anaknya tidak menutup aurat di depan umum, itu juga bukti bahwa ghirah itu belum berkobar di dadanya. “Iman kita ini wajib dihayati sesuai sunnah, agar menggelorakan ghirah suci dalam jiwa,” ujarnya.
Mudzakkir juga mengingatkan tentang ghirah yang parsial. “Banyak saudara kita yang marah ketika Alquran dihina, tapi tidak marah ketika anaknya tidak shalat. Ini contoh ghirah yang parsial, perlu disempurnakan. Karena itu, kita harus selalu berusaha meningkatkan ghirah dengan benar dan baik,” tutur KH Mudzakkir M Arif Lc MA.