REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Karya sastra yang selama ini dianggap tertua di dunia Melayu adalah karya-karya yang berkenaan dengan sejarah Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-14 dan Malaka pada abad ke-15. Samudera Pasai dan Malaka adalah dua kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Kedua karya sastra tersebut adalah Hikayat Raja-Raja Pasai untuk Kerajaan Samudera Pasai, dan Sejarah Melayu untuk Kerajaan Malaka. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. Hikayat biasanya dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Menyangkut proses Islamisasi, teks Hikayat Raja-Raja Pasai menggambarkan hal itu melalui mimpi Malik al-Saleh yakni raja atau sultan Muslim pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
Di dalam mimpinya, Malik al-Saleh bertemu dengan Nabi Muhammad SAW yang menampakkan diri kepadanya. Rasulullah SAW mengalihkan secara gaib pengetahuan tentang Islam kepada Malik al-Saleh dengan cara meludah ke dalam mulutnya.
Malik al-Saleh sebelumnya bernama Merah Silu, dibimbing oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengucap dua kalimat syahadat di dalam mimpinya. Setelah terbangun, Malik al-Saleh mendapati bahwa dirinya dapat membaca Alquran walaupun belum pernah belajar membaca Alquran. Malik al-Saleh juga telah dikhitan atau sunat secara gaib.
Dapat dimengerti bahwa para pengikutnya merasa takjub atas kemampuan Malik al-Saleh mengaji dalam bahasa Arab.
Kemudian kapal dari Makkah tiba ke Kerajaan Samudera Pasai. Ketika Syekh Ismail mendengar pengucapan dua kalimat syahadat oleh Malik as-Salih, maka dia pun melantiknya menjadi penguasa dengan tanda-tanda kerajaan dan jubah-jubah kenegaraan dari Makkah.
Syekh Ismail terus mengajar penduduk bagaimana cara mengucapkan dua kalimat syahadat, “Bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.”
Kemudian Syekh Ismail pun pergi meninggalkan Kerajaan Samudera Pasai, sedangkan orang suci berkebangsaan India tadi tetap tinggal untuk menegakkan agama Islam secara lebih kokoh di Samudera Pasai.
Demikian potongan cerita dari Hikayat Raja-Raja Pasai, dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 1 ditulis Abdul Hadi WM, Azyumardi Azra, Jajat Burhanudin, Muhamad Hisyam, Setyadi Sulaiman, Taufik Abdullah diterbitkan Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.