Rabu 11 Jan 2017 10:22 WIB

Allah SWT Telah Memberi Ilmu Pengetahuan dalam Alquran

Rep: mgrlo85/ Red: Agus Yulianto
Petir menyambar di kawasan kampung nelayan Karansong, Indramayu, Jawa Barat.
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Petir menyambar di kawasan kampung nelayan Karansong, Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: أسماء الله الحسنى, asmāʾ allāh al-ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.

Adalah Ustaz Jumharuddin yang membahas tentang Asmaul Husnah, yaitu nama Allah yang Ar-Razak, Allah Maha Pemberi Rizki dalam kuliah Subuh di Masjid Al-Hakim, BSD City, Tangerang. Selain berbicara tentang Ar-Razak melalui ayat-ayat Alquran, ia juga menyinggung hubungan nama lain Allah tersebut dengan alam semesta.

Ustaz Jumharuddin membahas surat Az-Zariyat ayat 22: “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”. Ketika ayat tersebut turun, masyarakat Arab Badui langsung berkomentar bahwa mereka yakin dengan hal itu, lalu berkata “shadaqallahul adzim, Maha Benar Allah.”

Kemudian, kata Ustaz Jumharuddin, masyarakat Arab Badui itu kembali ke daerahnya, dan setelah beberapa bulan mereka kembali lagi ke Makkah. Pada saat kembali ke Makkah lah, turun bagian yang kedua yaitu ayat ke-23. Surat Az-Zariyat ayat 23: “Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan”. Surat Az-Zariyat turun dalam dua tahapan yaitu ayat 22 lebih dahulu, lalu ayat 23, tidak turun sekaligus.

Lalu, ketika mendengarkan bagian kedua dari surat tersebut, masyarakat Arab Badui menangis lalu berkata: “Apa yang telah kalian lakukan sampai Allah perlu bersumpah bahwa rezeki itu benar-benar sudah Ia tetapkan di langit?”

Ustaz Jumharuddin megatakan, bahwa Allah SWT sering kali bersumpah, termasuk di dalam surat Al-Ashr. Dalam surat tersebut Allah SWT bersumpah dengan waktu. Ini karena, banyak manusia yang sering lalai akan hal itu. “Dan sekarang Allah bersumpah tentang rezeki, itu karena manusia banyak yang khawatir kekurangan rezeki,” tambahnya.

Selanjutnya, ayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT itu Ar-Razak yaitu surat Al-Mulk ayat 21: “Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?”. Oleh karena itu, Ustaz Jumharuddin mengatakan, bahwa di dalam Islam manusia dilarang untuk merendahkan dirinya karena membutuhkan sesuatu kepada orang.

Sebuah hadis meriwayatkan, Nabi pernah memberikan petunjuk kepada seseorang yang membutuhkan uang hingga berutang, “Mintalah sesuatu dengan menjaga harga diri”. Bahkan dalam hadits lainnya menyebutkan bahwa manusia berlindung dari utang-piutang. Dengan begitu berutang merupakan hal yang buruk.

“Nabi berlindung kepada utang, kenapa? Karena sebenarnya, kata para ulama, utag itu membuat pipi yang berutang menjadi hitam,” kata Ustaz Jumharuddin.

Orang yang beriman, kata Ustaz Jumharuddin, tidak mungkin menjual harga dirinya karena Nabi bersabda: “Segala urusan itu tidak akan pernah lepas dari takdir”. Lalu ia mengisahkan tentang surat yang berbunyi “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?".

Para ulama mengatakan, bahwa ayat ini ingin menyampaikan, jika tidak ada sekutu bagi Allah dalam penciptaan-Nya. Hal itu tertulis dalam surat Al-Ikhlas yang menyatakan bahwa Allah Maha Esa. “Maka semua ciptaan Allah berkata, ‘laillaha ilallah’,” kata Ustaz Jumharuddin.

 

Ustaz Jumharuddin juga membahas tentang sebab Ar-Razak sering digabungkan dengan Al-Khaliq yang berarti bahwa Allah Maha Pencipta Makhluk dan Segala Sesuatu. Ia mencontohkan, surat Ar-Rum ayat 40: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.

“Jadi, tidak ada keraguan tentang penciptaan Allah karena tidak ada satupun manusia yang bisa menirunya,” ujarnya.

Selain itu, dalam surat Fatir: “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”.

Hal itu lah yang menyebabkan banyak surat yang mengaitkan tentang Allah sebagai Sang Pencipta dan sebagai Pemberi Rezeki. “Allah pemiliki kita, Ia yang menciptakan kita, maka mustahil jika Ia sia-siakan kita,” tambahnya.

Ustaz Jumharuddin mengajak jamaah untuk melihat nama Allah Ar-Razak di alam semesta. Misalnya, pada fenomena turunnya air hujan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.

Ustaz Jumharuddin menyatakan, bahwa Allah SWT senantiasa menjaga keeksistensian adanya air. Pertama, menurutnya, ketika Allah SWT menciptakan lautan lebih luas daripada daratan. Kedua, pada saat Allah SWT memerintahkan matahari untuk menguapkan air sehingga terjadi sirkulasi. “Jika di suatu tempat tidak terdapat tanda-tanda adanya air, maka di sana tidak akan ada kehidupan,” tambahnya.

 

Kemudian, dalam surat Ar-Rum ayat 48: “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”.

 

Allah SWT juga berfirman tentang hujan dalam surat An-Nur ayat 43: “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Dengan begitu, Ustaz Jumharuddin sangat mengagumi keberadaan Alquran yang berisi semua ilmu yang ada di dunia. “Kitab kita itu keren. Semua ada, tentang mekanisme hujan ada. Jadi, jangan kita selalu membahas seuatu yang tidak perlu bukti. Ayat-ayat yang berbicara ilmu pengetahuan, disampaikan di dalan Alquran,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement