REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ada woro-woro khusus bagi umat Islam di Tanah Air yang terungkap dalam tasyakuran khataman Kitab Tafsir Al-Ibriz karangan KH Bisri Mustofa di halaman Pondok Pesantren Al-Itqpn, Bugen, Tlogosari, Semarang. Woro-woro itu adalah, saat ini, banyak umat Islam yang belajar Alquran, tapi bukan kepada guru atau kiai, namun kepada 'Mbah Google'.
"Sekarang banyak orang yang belajar Alquran tidak kepada guru atau Kiai. Mereka bertanya kepada 'Mbah Google' atau media sosial (medsos) sehingga salah, bahkan terperosok dalam memahami bagaimana Islam yang benar," kata Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatuth Tholibin Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri, Ahad (15/1).
Karenanya, Gus Mus panggilan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri menyatakan, mendukung pola pengajian telaah tafsir seperti yang ditulis oleh ayah kandungnya KH Bisri Mustofa. "Kita ini orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang kebetulan tinggal di Indonesia. Jadi ya harus berkarakter dan bergama seperti orang Indonesia," ujarnya.
Dalam situasi seperti sekarang, kata Gus Mus, rekam jejak seseorang sangat penting. Kalau ada orang mengaku kiai atau ustaz, telusuri rekam jejaknya. Dia siapa, dari mana, mondoknya di mana, pesantrennya di mana, kiainya siapa dan lain-lain. "Sebab sekarang banyak kiai jadi-jadian,’’ katanya disambut tepuk tangan hadiri.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut, Kitab Tafsir Al-Ibriz karya KH Bisri Mustofa sangat fenomenal dan mempunyai bobot yang luar biasa. "Yang lebih luar biasa lagi adalah para santri dan jamaahnya yang dengan tekun mengaji selama 11 tahun setiap minggu mendengarkan pengajian Kiai Kharis Shodaqoh," kata Menag. Kiai Kharis sendiri selama 11 tahun tidak pernah libur kecuali menunaikan ibadah umrah atau sakit.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon KH Kharis Shodaqoh menjelaskan, Kitab Tafsir Al-Ibriz yang dibacanya setiap hari Ahad mulai pukul 06.00 WIB-07.00 WIB baru bisa dikhatamkan selama 11 tahun. "Ini merupakan khataman yang kedua. Yang pertama, dahulu 12 tahun," katanya.
Sementara Kiai Maemun Zubair yang turut harid dari tasyakuran khataman Kitab Tafsir Al-Ibriz meminta pengajian model seperti dilakukan KH Kharis Shodaqoh terus dilanjutkan dan dipertahankan sampai kiamat.