REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) baru saja meluncurkan Application Program Interface (API) pada minggu lalu. Hal itu demi mendukung para pelaku e-commerce.
Executive Vice President Information Technology BCA Hermawan Tendean mengatakan, perusahaan berinvestasi sekitar Rp 4 miliar untuk API. "Kalau untuk digital banking investasinya pasti nggak akan berakhir," ujarnya, saat ditemui di Jakarta, Rabu, (18/1).
Ia menjelaskan, pembangunan API memerlukan waktu enam bulan. Hanya saja sebetulnya sudah siap digunakan sejak November 2016.
"Tapi kita perlu izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan), sampai boleh digunakan oleh nasabah," ujar Hermawan.
BCA menargetkan, sampai akhir tahu ini 100 e-commerce bisa menggunakan API BCA. Sejak diluncurkan pada 9 Januari lalu, kini sudah ada 17 perusahaan e-commerce yang ingin bekerja sama.
Ia mengaku saat ini kontribusi API terhadap revenue memang masih kecil, karena sekali akses dikenakan biaya. "Itu aja ada masukkan dari industri bahwa terlalu mahal. Kami evaluasi lagi berapa nilai ideal supaya bisa diterima mereka," tegas Hermawan.
Menurutnya, investasi di IT memang tidak bisa dilihat langsung keuntungannya, sebab termasuk investasi jangka panjang. Ia menyebutkan, perlu waktu sekitar tiga atau empat tahun untuk mendapatkan hasil, namun setiap tahun investasi BCA untuk IT selalu naik tujuh sampai 8 persen per tahun.
"Ya investasi digital tujuannya menjaga supaya nasabah tidak lari," tambahnya. Berdasarkan catatan BCA, per Desember total transaksi digital per hari mencapai 18 juta.
Sedangkan frekuensi transaksi di ATM mencapai 153 juta dengan nilai Rp 170 triliun per Desember. Kemudian untuk transaksi mobile banking sebanyak 65 juta per bulan dengan nilai Rp 60 triliun. Lalu transaksi internet banking menembus 129 juta, bernilai Rp 77 triliun.
"Kalau pengamanannya kita akan lengkapi (API) dengan sistem kemanan terbaik. Kita harus sadari bahwa masalah security 100 persen akan selalu terjadi, tapi ya perbaikan jangan terlalu lama," tutur Hermawan.