REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Saat Presiden Barack Obama menjabat delapan tahun lalu, presiden terdahulu George W. Bush benar-benar mundur dan tak mau mencampuri urusan pemerintahan. Bush mengatakan penggantinya berhak untuk bergerak tanpa ia campuri. .
Kali ini, saat Donald Trump akan menggantikan Obama. Namun presiden Afro Amerika pertama itu tidak ingin seperti yang Bush lakukan. Dalam konferensi pers finalnya sebagai presiden, Rabu (18/1) Obama dengan jelas mendeklarasikan pengawasan.
Ia mengatakan sejumlah ide Trump cukup mengkhawatirkan. Obama ingin memastikan Trump berada pada 'jalur yang benar'. "Ada perbedaan antara fungsi normal politik itu dan isu tertentu atau momen tertentu ketika saya pikir nilai dasar kita berperan," kata Obama di Gedung Putih seperti dilansir New York Times.
Ia mengaku memang ingin istirahat sejenak, tapi bukan berarti meninggalkan hiruk pikuk politik. Ia telah mengatakan pada penasihat dan teman-temannya bahwa ia ingin berhati-hati. Agar tidak jadi publik pengkritik utama Trump dan kebijakan-kebijakannya.
Sejak pemilu, Obama telah mencoba menjalin hubungan dengan Trump. Agar miliarder kawakan itu menjaga komunikasi terbuka dengannya. Sehingga ia bisa secara pribadi memberi pandangan agar Trump bisa setara dengannya.
Pada Jumat (20/1) mendatang, Trump akan resmi menjadi presiden AS ke-45. Ratusan ribu orang kemungkinan memadati Washington. Semua mata tertuju pada tempat bersejarah perpindahan kekuasaan itu, terutama di US Capitol.
Dilansir BBC, presiden terpilih akan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung AS pada sore pukul 17.00 waktu setempat. Ini sesuai dengan aturan yang tercatat dalam Konstitusi. Upacara ini adalah bagian dari transisi kekuasaan.
Baca juga, Donald Trump Menangkan Pilpres AS.