REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, rencana kebijakan perdagangan AS yang proteksionis patut diwaspadai. Apalagi AS termasuk salah satu negara utama tujuan eksor Indonesia.
"Bagi Indonesia karena ekspor AS sampai 15 miliar dolar As maka perlu siap buka pasar baru atau persiapkan diri dengan kebijakan yang akan diambil AS," ujar Agus kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat, (20/1).
Ia menambahkan, AS menuduh beberapa negara melakukan manipulasi mata uang demi keuntungan perdagangannya. Namun Agus yakin Indonesia tidak termasuk negara-negara tersebut.
Agus menegaskan, bank sentral tetap mewaspadi rencana proteksi AS, terutama kemungkinan proteksi terhadap negara-negara mitra dagang utama Indonesia. "Kita tidak bisa diam dan selalu lihat kondisi fundamental Indonesia dan juga lihat perkembangan Indonesia, kalau tidak, Indonesia yang bangkit ekspornya bida jadi tidak kompetitif," tuturnya.
Sepanjang 2016, ekspor Indonesia ke AS mencapau 15,68 miliar dolar AS. Angka tersebut lebih tinggi 2,46 persen dibandingkan ekspor Indonesia ke AS pada 2015.
Selanjutnya perlu diketahui, ada tiga kriteria negara yang tergolong memanipulasi mata uang untuk kepentingan perdagangannya. Pertama, surplus neraca perdagangan dengan AS lebih dari 20 miliar dolar AS. Kedua, surplus transaksi berjalan lebih dari tiga persen. Terakhir, net foreign exchange lebih dari dua persen dari produk domestik bruto (PDB).