REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Masyarakat di Kabupaten Kuningan diimbau untuk terus mewaspadai terjadinya bencana, terutama banjir, longsor dan pergerakan tanah. Hal itu menyusul masih tingginya intensitas hujan di puncak musim hujan bulan ini.
‘’Kita sudah sosialisasi, sudah mengimbau warga untuk tetap waspada,’’ kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin kepada Republika, Senin (23/1).
Agus menjelaskan, tingginya intensitas hujan yang terjadi pada Ahad (22/1) telah menyebabkan banjir di tujuh desa di Kecamatan Cibingbin. Adapun tujuh desa itu, yakni Citenjo, Sindang Jawa, Cipindok, Sukaharja, Cibingbin, Dukuh Badag dan Ciangir.
Tingginya intensitas hujan yang berlangsung sejak pukul 15.00 – 17.00 WIB tersebut membuat sungai Cijangkelok yang melintasi ketujuh desa tersebut meluap. Ketinggian banjir di tujuh desa itu bervariasi, mulai dari belasan centimeter hingga lebih dari satu meter.
Banjir berarus deras tersebut membuat puluhan ekor hewan ternak milik warga, seperti kambing dan ungags, menjadi hanyut. Kondisi serupa juga terjadi pada berbagai perabot rumah tangga milik warga. ‘’Hingga saat ini (pukul 16.30 WIB), jumlah kerugian akibat banjir masih kita hitung,’’ terang Agus.
Namun, Agus memastikan, warga yang sempat mengungsi akibat banjir telah kembali ke rumahnya masing-masing. Saat ini, warga disibukkan dengan aktivitas membersihkan rumah mereka masing-masing dari endapan lumpur yang terbawa air banjir.
Terpisah, Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, juga mengimbau masyarakat di Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) untuk mewaspadai bencana. ‘’Januari – Februari 2017 merupakan puncak musim hujan,’’ ujar pria yang akrab disapa Faiz itu.
Faiz menjelaskan, saat puncak musim hujan, intensitas hujan di wilayah Ciayumajakuning umumnya tinggi, yakni 300 - 600 mm per bulan. Hal itu kecuali untuk wilayah Kabupaten Indramayu yang intensitas hujannya sedang, yakni hanya 200-300 mm per bulan.