Selasa 24 Jan 2017 08:15 WIB

Warisan Peradaban Islam Terancam

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Masjid Umayyah
Masjid Umayyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi pembumihangusan Baghdad pada 1258 M oleh Holagu Khan menyisakan trauma yang mendalam dalam sejarah Islam. Bukan hanya meninggalkan korban jiwa yang tak sedikit, lebih dari itu, peristiwa jatuhnya Baghdad di tangan Mongol adalah awal dari tercerabutnya umat Islam dari sejarah keemasan mereka. Dari bangunan hingga karya-karya tulis berharga, sebagian besar dimusnahkan. Selama beberapa abad kemudian, peradaban Islam berada di titik nadir.

Ketakutan yang sama juga muncul dari sebagian kalangan pada era sekarang. Perang tak berujung di negara-negara sentral, pusat peradaban Islam, meliputi Irak, Suriah, Palestina, dan Yaman mengancam kelestarian situs-situs bersejarah. Pada saat yang bersamaan, lanskap pembangunan juga ikut andil memantik keresahan serupa, seperti apa yang berlangsung di Arab Saudi kini.

Berbagai tanda tanya besar pun muncul jika mengaitkan benang merah di berbagai wilayah itu. Benerkah ada skenario sistematis untuk menjauhkan genarasi Islam mendatang dari akar sejarah mereka? Sangat mungkin. Peninggalan sejarah apa yang kelak akan kita dongengkan ke anak cucu kita?

Warisan peradaban Islam secara pasang surut terus mendapat ancaman kebinasaan. Ini beriringan dengan situasi dan kondisi perpolitikan. Apa yang terjadi di Suriah dan Irak dulu adalah bukti kekhawatiran itu terjadi.

Dalam kasus Suriah, perang saudara yang melibatkan Rezim Basyar al-Asad dan pejuang revolusioner mengakibatkan setidaknya empat titik utama kawasan bersejarah terancam binasa. Keempat wilayah itu telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, yakni Damaskus yang resmi masuk warisan dunia pada 1979, Kota Bosra pada 1980, Palmyra pada 1980, dan kota bersejarah, Aleppo, 1986.

Efek bombardir artileri berat, bangunan-bangunan bersejarah tak luput dari ancaman tersebut. Masjid Jami' al-Umawi, misalnya. Masjid yang dibangun Khalifah al-Walid bin Abdul Malik itu belum lama ini mendapat serangan luar biasa dari rezim Asad. Untuk kedua kalinya, masjid bersejarah ini menjadi sasaran.

Aksi brutal atas Masjid al-Umawi memicu reaksi keras cendekiawan Muslim. Mereka yang tergabung di Persatuan Ulama Syam memprotes tindakkan tersebut. Ini dianggap menodai kehormatan Islam dan sejarahnya. Asad secara resmi menyadari kesalahannya itu dan memerintahkan Gubernur Aleppo, Muhammad Wahid Aqqad, segera merenovasi kerusakan. 

Ketika rezim Hulagu Khan melakukan agresi dan ekspansi ke beberapa wilayah Islam--termasuk Suriah (dulu Syam)--masjid al-Umawi, kembali mengalami kehancuran. Tentara Hulagu Khan membakar masjid tersebut dan membunuh warga.

Sadar bahwa warisan bersejarah berfungsi identitas sebuah kaum maka saat Rezim Dinasti Mamluk berkuasa di Suriah, Masjid a-Umawi, mendapat perhatian serius. Renovasi besar-besaran dilakukan. Pada 684 H/ 1285 M Khalifah al-Manshur Saifuddin Qalawun al-Ulufi al-Alai as-Shalihi menyempurnakan pembangunannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement