REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Didesak oleh kebutuhan akan sarana peribadahan yang mampu menampung ratusan hingga ribuan jamaah, berdirilah Masjid Al Furqon. Tampil megah di tengah area pergudangan atau penyimpanan kargo Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, masjid ini pada awalnya adalah sebuah mushala sederhana yang berdiri pada 1989.
Seiring berkembangnya jumlah perkantoran di kawasan tersebut, mushala tak bernama itu akhirnya tak mampu lagi menampung jamaah, terutama saat shalat Jumat. Warga di sekitar kompleks kargo Bandara Soetta pun kemudian berinisiatif meningkatkan kapasitas mushala itu menjadi masjid. Secara swadaya, mereka lalu mengumpulkan uang untuk mulai membangun masjid.
Berbekal sumbangan dari jamaah dan donatur, pembangunan masjid dimulai pada 1995. Masjid ini berdiri di atas lahan milik PT Angkasa Putara II yang digunakan untuk fasilitas umum.
Melihat tampilannya, masjid ini tampak beda dibanding kebanyakan masjid lain di Indonesia. Kubahnya mengingatkan pada gaya masjidmasjid di Rusia. Dan, seperti diakui dewan pembina sekaligus arsitek Masjid Al Furqon, H Buyung, kubah itu memang terinspirasi dari kubah Masjid Agung Moskow.
“Jika kaum Muslim zaman itu saja bisa membangun (kubah seperti itu) maka kami juga pasti bisa membangunnya,” tuturnya kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Bisa dibilang, sangat jarang masjid di Indonesia yang memiliki kubah seperti itu. Tak heran, banyak orang yang awalnya tak menyangka bahwa itu adalah kubah masjid. Tampak dari luar kubah berhiaskan warna-warna cerah. Ada merah, biru, hijau, kuning, putih, dan hitam. Dibalut alur gelombang yang berkelok sejajar membentuk lingkaran penuh, kubah ini dari kejauhan mirip es krim atau kubahkubah di negeri dongeng.
Kubah yang menjulang dengan ke tinggian sembilan meter dan berdiameter 10 meter ini ditopang oleh delapan pilar bertulang besi. Pilar ini menjulang tinggi dari dasar lantai bangunan utama masjid hingga ke bagian dasar kubah.
Mengenai warna-warna cerah yang membungkus kubah unik ini, Buyung menjelaskan, warna-warna itu sejatinya tak memiliki arti apa pun, sekadar penunjang keindahan saja. Namun, jumlah warna lebih dari satu ini, kata dia, melambangkan banyaknya aliran dalam Islam yang kemudian disatukan karena Allah SWT.
Selain kubah itu, sentuhan tak biasa juga terlihat dari bagian dalam (interior) masjid, khususnya pada bagian dalam kubah yang dilapisi bidang persegi empat berjajar rapi yang membentuk segi delapan. Di atas bidang segi empat yang berukuran sekitar 4x5 meter itu tampak barisan kaligrafi indah dari surah Yasin. Seluruh ayat dalam surah Yasin yang berjumlah 83 terbagi dalam delapan bidang itu. Setiap bidang dibingkai ala halaman Alquran.
Detail unik lainnya ada pada langitlangit masjid. Hadir bergaya kontemporer, langit-langit masjid menyembulkan nuansa sejuk dan segar lewat permainan warna biru muda dan hijau muda. Bangunan utama masjid berlantai dua ini ditutup oleh langit-langit berhias lukisan langit biru beserta awan putih. Indah sekali. Sejenak, memandang langit-langit Masjid Al Furqon serasa berada di sebuah mal.
Seperti masjid-masjid lainnya, Al Furqon juga dilengkapi dengan menara. Ada empat menara yang mendampingi kubah utama. Berketinggian lebih dari 15 meter, menara-menara ini terbagi atas tiga lantai. Menurut Buyung, tak ada fungsi spesifik yang melekat pada menara ini. Hanya, pada lantai dua menara yang menyatu dengan lantai dua masjid itu digunakan untuk tempat berwudhu. Dengan begitu, jamaah yang ingin menunaikan shalat di lantai dua tak perlu turun ke tempat wudhu utama yang ada di lantai satu.
Saat ini, keempat menara itu se dang menjalani proses renovasi. Renovasi ini dilangsungkan untuk mengubah bagian atas menara menjadi kubah, yakni kubah bergelombang mirip kubah utama, tapi berukur an lebih kecil.