REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald trump. Ia disebut terus berencana mempertahankan program senjata nuklir di negara itu.
Hal ini disampaikan oleh salah seorang pembelot Korut yang dulu pernah menjadi diplomat negara terisolasi itu, Thae Yong Ho. Menurutnya, Kim mungkin melihat adanya kesempatan berkompromi dengan pemerintahan baru AS.
Thae menjelaskan program nuklir tidak akan sekalipun dihentikan selama Kim berkuasa di Korut. Demikian dengan permasalahan hak asasi manusia (HAM) di salah satu negara di Asia Timur itu. "Trump menjadi kesempatan baik baginya untuk membuka semacam kompromi yang sebelumnya tidak pernah ada," ujar Thae dilansir CNN, Rabu (25/1).
Saat kampanye Trump dalam pemilu AS 2016 lalu, Trump pernah mengatakan bahwa ia membuka diri untuk bertemu dengan Kim. Namun, hal ini menurut Thae sangat berbahaya karena akan memberi legitimasi kepada Kim yang di negeranya sendiri tidak diakui sebagai pemimpin sebenarnya. "Saya memohon agar Trump mempertimbangkan kembali hal itu. Bahkan, Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga tidak bertemu dengan Kim," jelas Thae.
Hingga saat ini, Kim dinilai masih berusaha mengamankan legitimasi sebagai pemimpin Korut. Ia menjadi presiden di negara itu pada 2011 lalu setelah kematian ayahnya, Kim Jong II.