Sabtu 28 Jan 2017 08:18 WIB

Ustaz Shamsi Ali: Indonesia dan AS Miliki Kondisi Politik yang Sama

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Imam Masjid Al-Hikmah New York Shamsi Ali berbicara pada acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika, Rabu (25/1)
Foto: Darmawan/Republika
Imam Masjid Al-Hikmah New York Shamsi Ali berbicara pada acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika, Rabu (25/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Amerika, Imam Besar Masjid New York, Ustaz Shamsi Ali memandang kondisi sosial politik dua negara besar Indonesia dan Amerika Serikat (AS) saat ini menghadapi ujiannya masing-masing.

Ketika Ustaz Shamsi mengunjungi Indonesia pekan ini, ia mengakui banyak mendapat berbagai keluhan terkait kondisi sosial politik dan hukum yang merugikan umat Islam di Tanah Air. Pria yang juga dikenal sebagai Imam di Islamic Center New York ini, juga mendapatkan keluhan hal yang sama muslim di AS, setelah terpilihnya Presiden Donald Trump.

"Kedua bangsa besar ini, Indonesia dan AS sedang menjalani ujian untuk naik kelas," kata Imam Shamsi Ali dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Sabtu (28/1).

Ia mengibaratkan di setiap akhir semester pasti ada ujian. Melalui ujian itulah seseorang atau sekelompok orang akan menaiki jenjang selanjutnya dalam perjalanan hidupnya. Walaupun ia tidak mengingkari adanya kasus yang mengganggu kerukunan itu di sana-sini, baik di Indonesia maupun di AS.

"Tapi satu hal yang ingin saya sampaikan bahwa janganlah kasus-kasus itu yang dianggap sebagai wakil dari negara dan bangsa secara keseluruhan," ujarnya.

Menurutnya sekuat apapun kecenderungan intoleransi pada kelompok tertentu, dari sebuah bangsa hendaknya dilihat sebagai kasus. Bukan representasi bangsa itu sendiri. Tendensi generalisasi, kata dia, terkadang menjadikan penilaian kita tidak adil, bahkan conderung menzalimi pihak yang dianggap berseberangan.

"Betapa sering saya dengarkan jika Muslim Indonesia tidak lagi toleran, karena ada sekolompok kecil dari kalangan umat ini yang menyuarakan resistensi terhadap pembangunan gereja di sebuah tempat tertentu. Begitu juga sebaliknya tuduhan Amerika anti Islam, yang tidak memberikan hak-hak beragama bagi komunitas Muslim," kata dia.

Biasanya tuduhan ini juga karena kasus-kasus yang terjadi di beberapa tempat, khususnya setelah Donald Trump terpilih menjadi presidennya. Tentu secara pribadi ia ada kekhawatiran. Namun ia tetap ingin kedua bangsa besar ini tetap berdiri utuh menjaga kerukunan dan kedamaian dalam keragaman yang ada.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement