Oleh: Rahmat Pramulya
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidup pada era media sosial saat ini saling cerca dan caci karena berbeda pendapat, berbeda kepentingan, berbeda dukungan rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari. Adab berpendapat pun menjadi barang mahal saat ini.
Terhadap suatu peristiwa, para netizen tak jarang terjebak pada perdebatan sengit yang memicu lontaran umpatan dengan bahasa yang kotor dan jauh dari kesantunan.
Berdebat sesungguhnya bukan hal terlarang. Bahkan, Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tidak menolak perdebatan. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling berdebat dengan cara yang baik. Perdebatan yang ditekankan Islam adalah yang didasarkan pada semangat ilmiah (debat yang didasari ilmu). Sebuah perdebatan yang didasari oleh semangat untuk menemukan kebenaran, bukan memperoleh kemenangan. Dalam debat ilmiah, nilai yang dipakai adalah benar salah, bukannya menang kalah.
Islam sangat melarang perdebatan kosong atau debat kusir, sebuah perdebatan yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan hikmah. Karena perdebatan-perdebatan kosong itu tidak menghasilkan makna apa-apa, bahkan cenderung menimbulkan permusuhan.
Umar bin Khattab RA memperingatkan, "Tiga hal yang merusak agama: pertama, ketergelinciran orang-orang alim; kedua, debat kusir kaum munafik terhadap Alquran; ketiga, pemimpin yang menyesatkan."
Di antara tradisi yang dilakukan oleh para salafus saleh adalah menjauhi debat yang tidak bermanfaat serta menjauhi perselisihan dalam urusan agama. Perdebatan para salafus saleh rata-rata disemangati ruh ilmiah. Perdebatan Ibnu Rusyd dan Imam Ghazali, misalnya, melalui buku-bukunya yang berjudul Tahafutul Falasifah (karya Al Ghazali) dan Tahafut Tahafut (karya Ibnu Rusyd).
Imam Ghazali ataupun Ibnu Rusyd saling berdebat, tetapi orientasinya adalah menemukan kebenaran ilmiah, bukan debat kusir seperti kebanyakan para netizen pada abad ini. Di media sosial tak sedikit kita jumpai seseorang sering berkomentar nyinyir, tetapi tidak didasari ilmu. Adapun yang terjadi kemudian adalah saling tuduh dan fitnah.
Imam Ahmad berkata, "Berpeganglah kalian dengan atsar sahabat dan hadis, dan sibukkan diri kalian dengan hal-hal bermanfaat. Jauhilah berbantah-bantahan karena orang yang suka berdebat tak akan beruntung."
Ini sangat berbeda dengan generasi sekarang yang umumnya suka berdebat-debat kosong alias debat kusir, sibuk saling hujat dan bersilat lidah untuk saling menghina dan mencela. Para salafus saleh melarang manusia dari debat sia-sia.
Debat kusir hanya menghabiskan energi dan waktu. Keengganan berdebat bukan karena tak pandai atau takut kepada manusia, melainkan lebih karena wujud rasa takut kepada Allah SWT. Debat kusir adalah sebuah kesia-siaan. Melakukan kesia-siaan apa pun bentuknya sama halnya dengan perbuatan zalim yang sangat dimurkai Allah SWT.