REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tahun ini peringatan Hari Hijab Dunia atau World Hijab Day (WHD) telah memasuki tahun kelima. WHD diperingati pada tanggal 1 Februari setiap tahunnya. Dengan adanya WHD ini maka diharapkan seluruh masyarakat dunia dari semua agama menyadari pentingnya solidaritas untuk perempuan Muslim di seluruh dunia.
Parlemen New York State, David Weprin memberikan dukungannya terhadap peringatan Hari Hijab Dunia. Ia mengatakan, dengan meningkatnya insiden kejahatan kebencian terhadap Muslim Amerika pada tahun 2016 maka menjadi penting bagi setiap orang untuk menyatakan dukungannya pada Hari Hijab Dunia ini.
Menurutnya, berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan beragama di Amerika maka gerakan Hari Hijab Dunia berusaha untuk mengakhiri diskriminasi dan penghakiman bagi perempuan yang mengenakan jilbab.
Dukungan lain datang dari umat Yahudi Amerika, Talya Leodari. Ia mengaku akan terus berpartisipasi dalam Hari Hijab Dunia setiap tahunnya. Leodari tinggal di sebuah kota yang sangat kecil dan didominasi umat Kristen.
Ia mengaku sempat dipandang aneh oleh warga sekitar karena berbeda dan berbicara menggunakan bahasa Inggris. Untuk itu, dengan adanya Hari Hijab Dunia ini maka akan memberi kesempatan baginya untuk berbicara dengan anak-anak terkait rasa hormat, perbedaan, dan perdamaian.
Hari Hijab Dunia diinisiasi oleh penduduk asli New York, Nazma Khan. Ia memulai gerakan ini dengan maksud untuk memberikan kesadaran kepada seluruh masyarakat global tentang keberadaan jutaan perempuan Muslim di seluruh dunia.
Saat tumbuh di NYC, Nazma mengaku sering memperoleh pelecehan secara fisik dan emosional pada berbagai kesempatan.
Diskriminasi terhadap perempuan berhijab semakin meningkat setelah peristiwa 9/11. Nazma membagi pengalamannya kepada perempuan muslim lain dengan harapan bahwa tidak ada lagi perempuan yang mengalami nasib serupa dengan dirinya.
Untuk itu, pada 1 Februari 2013 ia meminta perempuan dari semua agama di seluruh dunia untuk mengenakan jilbab selama satu hari. Dalam waktu delapan hari, dia mendapat tanggapan dari wanita dengan latar belakang agama yang berbeda dari 67 negara.
WHD memberi kesempatan kepada warga di seluruh dunia yang tidak akrab dengan Islam untuk berdialog dengan tetangga Muslim mereka, rekan kerja, dan teman-teman. Selain itu, WHD juga memberikan kesempatan bagi guru untuk memahami mengapa siswa Muslim mengenakan jilbab.
"Persepsi negatif terhadap jilbab memungkinkan orang untuk bertindak atas ketakutan mereka dan menyakiti perempuan yang tidak bersalah tanpa ancaman nyata. WHD memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk belajar tentang jilbab dan pentingnya jilbab dalam agama Islam tanpa mengabadikan generalisasi negatif di masyarakat saat ini," katanya.
Ia melanjutkan, misi keseluruhan WHD adalah untuk menciptakan dunia yang lebih damai di mana warga global saling menghormati. WHD akan fokus pada pertempuran kefanatikan, diskriminasi, dan prasangka terhadap perempuan Muslim. Hal ini menjadi penting saat ini di mana Hijab dilarang di beberapa negara, sementara di negara lain, wanita Muslim yang menjadi target dilecehkan secara verbal dan fisik.
WHD memiliki ribuan sukarelawan di seluruh dunia. Dan duta WHD ada di lebih dari 45 negara. Duta WHD berasal dari semua lapisan masyarakat. Tahun lalu saja, 150 negara mengambil bagian dalam WHD.
Selain itu, WHD telah didukung oleh banyak orang terkenal di dunia termasuk ulama, politisi, dan selebriti di seluruh dunia. Baru-baru ini, Majalah Time mencantumkan Hari Hijab Dunia dalam kalender dunia mereka. Diperkirakan 190 negara akan mengambil bagian dalam WHD tahun ini.