REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada 2016 tumbuh 5,02 persen. Meski di bawah target 5,2 persen, namun angkat tersebut dinilai cukup berhasil di tengah pelemahan ekonomi global.
Ekonom Chatib Basri mengatakan, capaian itu tidak terlalu buruk bagi Indonesia. Bahkan, dibandingkan negara berkembang lainnya, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dikatakan lebih baik.
Hanya saja menurutnya, Indonesia tetap harus berhati-hati sepanjang tahun ini. Pasalnya, terdapat beberapa hal yang dapat mengancam, di antaranya kebijakan proteksi ekonomi Trump.
"Saya sedikit khawatir. Di setiap negara demokratis, yang akan jadi presiden pasti akan jadi presiden normal dalam enam bulan. Janji kampanyenya tidak ada yang dilaksanakan, tapi ini tetap harus diperhatikan lagi," ujar mantan Menteri Keuangan ini, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu, (8/2).
Ia menjelaskan, setiap negara di dunia kini sudah mulai melakukan proteksi ekonomi. Keadaan ini berbeda dibandingkan sepuluh tahun lalu. Kini kebanyakan negara lebih bergerak ke sektor jasa, maka butuh kebijakan berbeda untuk ditetapkan di Indonesia.
"Intinya kita harus bandingkan ekonomi Indonesia dengan yang serupa. Ekonomi Indonesia adalah tertinggi dibandingkan negara lainnya. Dunia mungkin masuk ke tataran dunia baru, maka perlu kebijakan baru," tutur Chatib.