Jumat 27 Nov 2015 14:25 WIB

Gelar Asian Games 2018, KOI Gandeng Banten dan Jawa Barat

Rep: Bambang Noroyono/ Red: M Akbar
Asian Games 2018
Foto: skyscrapercity
Asian Games 2018

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bakal melibatkan Pemerintah Daerah Jawa Barat (Jabar) dan Banten sebagai tuan rumah pelaksanaan Asian Games 2018. Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) KOI Dasril Anwar mengatakan, dua provinsi tersebut, bakal terlibat membantu DKI Jakarta dan Sumatera Selatan sebagai tuan rumah utama pesta olah raga negara-negara Benua Asia ke-18 itu.

Dasril mengatakan, keterlibatan dua provinsi itu dengan pertimbangan jumlah nomor cabang olah raga (cabor) yang dipertandingkan. Dalam Rencana Induk Asian Games bikinan KOI tak kurang dari 40 cabor bakal dipertandingkan. Dari puluhan tersebut, belum dilakukan pemilahan tempat di mana lokasi pertandingan cabor-cabor tersebut.

"Tentunya tidak bisa semua pertandingan itu ada di Jakarta dan Palembang saja," ujar dia, Jumat (27/11).

Dia menjelaskan, Rencana Induk KOI mempertimbangkan tiga aspek dalam penentuan tuan rumah dari masing-masing cabor yang dipertandingkan. Pertama, kata dia aspek keberadaan venue (arena pertandingan).

DKI Jakarta, tak akan bisa mengadakan satu pertandingan jika tuan rumah tak punya arena dari cabor yang dipertandingkan tersebut. Itu artinya, KOI akan melacak di daerah mana yang memiliki arena pertandingan dari cabor yang dimaksud.

"Contohnya untuk nomor olah raga air. Mungkin ada tempat lain yang lebih layak selain (DKI) Jakarta. Di Banten contohnya. Di sana masih banyak pantai yang bisa dimanfaatkan untuk venue," ujar dia.

Contoh lainnya untuk nomor sepak bola. "Ada kemungkinan kita minta keterlibatan Jawa Barat untuk menggunakan Stadion Patriot di Bekasi," sambung dia.

Aspek kedua, Dasril melanjutkan tentunya soal standar arena tersebut. Ia mengatakan, OCA (Komite Olimpiade Asia) tak akan mengizinkan adanya pertandingan di satu arena yang tak punya standar kelayakan menurut federasi internasional dari cabor-cabor yang dipertandingkan.

Ketiga, kata dia aspek ketertarikan dan animo masyarakat serta potensi penonton. Dia menerangkan, beberapa cabor yang dipertandingkan belum tentu diminati oleh masyarakat tertentu. Dasril mencontohkan seperti cabor kriket atau rugby.

"Di Palembang pasti nggak ada penontonnya. Jadi nanti nggak mungkin kan kita paksakan di sana (Palembang)," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement