Sabtu 17 Jan 2015 10:01 WIB

Pau Gasol, Tua-Tua Keladi

Rep: C12/ Red: Didi Purwadi
Pau Gasol (Kanan)
Foto: Reuters
Pau Gasol (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Nama Pau Gasol makin melambung setelah mencetak 46 poin dalam laga melawan Milwaukee Bucks Sabtu pekan lalu di United Center, Chicago. Meski usianya sudah tak muda lagi, pebasket asal Spanyol ini bermain layaknya pemuda.

Arena United Center di Chicago menjadi saksi bisu ketangguhan Gasol. Selain mencetak 46 poin, ia juga melakukan rebound hingga 18 kali dalam laga tersebut. Raihan ini menjadi yang tertinggi sepanjang karirnya. Boleh dibilang, Gasol berhasil merevitalisasi karirnya, bahkan melebihi ekspektasi publik.

Sebelumnya, Gasol juga pernah mencetak poin lebih dari 40. Saat itu ia masih berseragam Memphis Grizzlies. Pada 28 Maret 2006, ia berhasil menyumbangkan 44 poin ketika timnya bertanding dengan Seattle SuperSonics. Kemudian, pada 11 Januari 2008, tepatnya sebulan sebelum dibeli LA Lakers, Gasol mencetak 43 poin saat melawan Golden State Warriors.

Namun, pada dua laga itu, Gasol gagal mengakhiri pertandingan dengan kemenangan. Berbeda dengan pekan lalu, di mana Gasol tak hanya mencetak poin tertinggi, tapi juga berhasil membawa kemenangan untuk timnya. Bulls mengakhiri pertandingan dengan Bucks dengan skor akhir 95-87.

"Itu terjadi begitu saja. Saya melakukan beberapa tembakan pertama, rekan setim mencari saya, dan saya dapat ritme. Lagi pula kami memiliki banyak pemain handal," kata Gasol dalam Bleacher Report, Ahad (11/1) lalu.

Gasol memang tengah mencari sesuatu yang bisa membuat dirinya terus produktif dalam karirnya. Dalam kondisi apapun, ia tetap tampil meyakinkan. Saat melawan Bucks, bintang Bulls lainnya seperti Derrick Rose harus absen karena menderita cedera lutut.

Sedangkan Jimmy Butler, meski sempat bermain, tapi ia tidak bisa tampil optimal dengan hanya mencetak sembilan poin. Dari sembilan tembakan yang ia hempaskan, hanya dua bola yang membuahkan poin. Karena itu, penampilan impresif yang diberikan Gasol malam itu memang sangat membantu tim untuk memenangkan laga.

"Biasanya saya tak suka dengan pemain yang memiliki banyak poin. Diperlukan ritme dari pemain lain, keseimbangan dan kekompakan tim," tambah Gasol yang kini sudah menginjak usia 34 tahun.

Selama beberapa tahun terakhir, Bulls selalu kurang beruntung dalam mendapatkan pemain-pemain hebat. Nama-nama seperti Carmelo Anthony, LeBron James, Dwyane Wadem Chrish Bosh, dan Tracy McGrady, selalu gagal didapatkan. Namun, para pemain yang berhasil ditarik ke Bulls, terbukti sebagian telah menjadi pemain yang amat disegani.

Kata Produser Radio Bulls, Jeff Mangurten, Gasol adalah pemain Bulls kedua yang berhasil melewati total raihan 40 poin dan 15 rebound dalam satu laga, setelah Michael Jordan. Pada 1989, Jordan mencetak 69 poin dan 18 rebound dalam laga melawan Cleveland Cavaliers.

Harus diakui, capaian Gasol di Bulls telah memberikan suntikan semangat kepada pemain lain. Apalagi, itu dilakukan oleh pemain veteran yang sudah berkecimpung di NBA selama 14 tahun. Di tim berlogo banteng ini, Gasol berkesempatan untuk mengakhiri karir basketnya dengan gemilang setelah melewati tiga tahun bersama Lakers dengan hasil mengecewakan.

Tak hanya itu, Gasol sebagai salah satu pemain kunci di Bulls berpeluang besar untuk mengalahkan para pesaingnya di NBA. Apalagi, ini selaras dengan keinginan Bulls menjadikan Gasol sebagai pencetak poin yang konsisten di area frontcourt.

Ini diakui pelatihnya sendiri, Tom Thibodeau. Kata dia, saat diajak bergabung bersama Bulls, Gasol tampak sangat termotivasi. "Dia berada di tempat yang benar dan membuat mentalnya terjaga," kata Thibodeau.

Seperti dalam Hoops Habit, Senin (12/1) lalu, musim ini, rata-rata Gasol yakni 18 poin per laga. Persentase tembakannya 47,5 persen. Ia juga memiliki 11,4 rebound, 2,4 assist dan 2,0 blok per pertandingan. Harus diakui, tak banyak banyak pemain seusianya yang bisa meraih rata-rata seperti itu.

Meski usianya sudah kepala tiga, Gasol masih memiliki kekuatan lompatan yang baik. Kekuatan ini tak selalu dimiliki pemain seusianya. Area pertahanan Bulls kuat karena kekuatan defense rebound Gasol. Ya, Thibodeau tampaknya lebih menyukai pemain lama karena lebih terampil di area bertahan.

Terlebih, Gasol sangat cocok diposisikan di sebelah Joakim Noah. Sebab, Noah bisa memberikan ruang yang lebih luas kepada Gasol untuk melakukan defense di bawah ring. Karena itu, kalau soal defense rebound, Gasol selalu mendapat angka tertinggi di timnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement