REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Mantan pebulutangkis Indonesia, Susi Susanti memberikan apresiasi terhadap gelar juara yang diraih Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di sektor ganda putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di sektor ganda campuran dalam turnamen Yonex All England Badminton Championship 2014. Namun ia mengomentari belum berkembangnya pebulutangkis di sektor putri.
Karena menurut Susi perlu ada keseimbangan antara pemain dan pelatih. Pelatih harus bisa melihat potensi yang ada dalam diri pemain tersebut. Sedangkan pemain harus mampu memahami instruksi pelatih karena pemain adalah ujung tombak.
Tanpa usaha keras, pemain itu sendiri tidak akan berhasil. Pembenahan itu perlu di tubuh PBSI karena regenerasi itu berkesinambungan. Menurut Susi yang dibutuhkan pebulutangkis itu adalah fokus serta kerja keras. Menjadi seorang atlit tidaklah mudah. Mereka butuh waktu latihan yang ekstra keras, serta mampu mempelajari strategi yang pelatih ingin terapkan,
Susi yang menjadi satu-satunya pebulutangkis wanita Indonesia yang mampu meraih gelar juara di All England ini menilai mengapa sektor putri minim prestasi. Menurutnya bibit-bibit pemain wanita tidak banyak seperti pemain pria.
Pemain wanita tidak cukup memiliki banyak dukungan seperti halnya pria. Ada testimony di benak orang Indonesia bahwa pebulutangkis wanita tidak akan pernah berkembang. Itu yang membuat bibit-bibit pemain wanita tidak muncul sebanyak pria.
Banyak juga kendala fisik yang membuat pemain wanita tidak sebanyak pria. Untuk menjadi pebulutangkis tentunya harus memiliki fisik yang kuat untuk latihan dan pertandingan. Jika tidak didukung dengan ketahanan fisik maka tentu juara akan jauh dari harapan.
"Linda Weni dan Bellaetrix merepakan pemain yang bisa diandalkan. Butuh waktu dan pengalaman yang lebih banyak lagi bagi mereka untuk meraih juara," tegas Susi.