REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Legenda bulu tangkis Indonesia, Rexy Mainaki mengaku pertama kali mengenal olah raga itu dari sang ayah. Ia sudah diajarkan bagaimana memegang raket dan memukul shuttlecock sejak masih kecil.
Ia dan saudara-saudaranya biasa berlatih di lapangan yang hanya beralaskan tanah di belakang rumahnya di Ternate, Kepulauan Maluku.
"Setiap kali mau latihan, kami harus meratakan tanah dulu," kenang Rexy di Jakarta, Sabtu (1/11).
Ayah Rexy memang menyukai semua jenis olah raga. Namun bulu tangkis yang paling ia sukai. Hal ini berbeda dengan Rexy.
Awalnya pria kelahiran Ternate, 9 Maret 1968 itu lebih menyukai sepak bola. Maka tak heran, setiap kali latihan bulu tangkis baru berjalan 10 menit, Rexy sudah tidak ada di lapangan. "Saya sudah kabur main sepak bola," tambahnya.
Kala itu, sang ayah tidak memaksanya. Ia hanya memberikan pandangan kalau memilih bulutangkis, maka ia bisa menjadi juara nasional. Rexy juga berpeluang menjadi juara dunia.
"Dari situlah saya mulai berpikir akan menekuni olah raga bulutangkis," ungkapnya.
Rexy fokus pada bulutangkis saat kelas tiga SMP sekitar 1984 atau 1985. Baginya saat itu usianya sudah telat menekuni bulu tangkis.
Namun, berkat kegigihannya berlatih, juga dukungan penuh dari ayahnya, Rexy mampu menjadi juara nasional dan juara dunia.
"Peran orang tua sangat penting. Orang tua lebih tahu karakter dan kebiasaan kita," ujar pria yang kini bertugas mengawasi atlet bulu tangkis Indonesia.