REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpiade di Rio de Janeiro, Brazil, setahun lagi. Cabang-cabang olah raga di Indonesia pun mulai berbenah diri untuk ikut serta dalam olimpiade yang digelar empat tahun sekali itu, tak terkecuali bulu tangkis. Ya, olah raga ini memang selalu menjadi andalan dalam mengharumkan nama bangsa di kancah dunia. Wajar saja jika semua mata Indonesia tertuju pada olah raga satu ini.
Di tahun ini, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mulai mempersiapkan banyak atlet tangguh untuk membela Indonesia di Brazil. Namun, persaingan untuk bisa bermain di Olimpiade semakin ketat. Di sektor tunggal, tiap negara kini hanya boleh mengirimkan dua wakil masing-masing di putra dan putri.
Dalam aturan BWF sebelumnya, sektor tunggal maksimal tiga orang, baik di putra maupun putri. Sementara, untuk sektor ganda, baik itu campuran, putra, dan putri, jumlah atlet yang dikirim tetap seperti biasanya, yakni masing-masing dua pasang. Apalagi, untuk bisa bertanding di olimpiade itu, para atlet di sektor tunggal ataupun ganda harus masuk dalam delapan besar peringkat dunia terlebih dulu. Artinya, harus berupaya keras mencetak kemenangan di tiap kompetisi. Perhitungan rangking pun akan dimulai dari 4 Mei 2015 sampai 1 Mei 2016.
Wakil Sekjen PBSI, Achmad Budiharto menyatakan, PBSI akan fokus untuk memperbaiki rangking para atletnya. Ia pun yakin, Indonesia mampu mengirimkan dua atlet di tiap sektor. "Ini yang seru, karena tiap negara akan berlomba-lomba memasukan banyak wakilnya dengan kuota maksimal yang hanya dua wakil," ujar dia kepada Republika, pada Selasa pekan ini. Dengan begitu, menurut dia, persaingan menuju olimpiade akan lebih ketat, dan diperkirakan akan lebih merata.
Pada 4 Januari kemarin, para atlet mulai bergabung dengan pelatnas Cipayung dan sehari setelahnya mereka mengikuti tes fisik dan tes kesehatan. Ya, beberapa di antara mereka, diproyeksikan untuk bisa mengikuti olimpiade. Sport Science sebagai sarana untuk membangun aspek fisik dan teknik atlet, tengah dipersiapkan untuk menghadapi olimpiade. Para pelatih pun akan terbantu dari dua aspek tersebut.
Ada 60 atlet yang dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan di Cipayung. Kali ini atlet muda lebih mendominasi ketimbang atlet senior. Ini dilakukan untuk meregenerasi atlet di pelatnas. Pemanggilan atlet ini ditentukan berdasarkan prestasi atlet selama setahun.
Promosi dan degradasi atlet itu memang sudah menjadi agenda tahunan PBSI. Ada delapan atlet di sektor tunggal putra, enam atlet di tunggal putri, delapan pasangan di sektor ganda putram tujuh pasangan di ganda putri, dan delapan pasang di sektor ganda campuran. Jumlah atlet ini ditentukan berdasarkan kebutuhan pelatnas.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rexy Mainaky, mengakui, komposisi atlet di seluruh sektor lebih banyak diisi pemain muda. Seperti di tunggal putra yang hanya diisi dua pemain seniornya, yaitu Tommy Sugiarto dan Simon Santoso. "Sisanya pemain-pemain muda seperti Jonatan (Christie), Ihsan (Maulana Mustofa) dan sebagainya. Begitu juga di nomor tunggal putri, hanya Linda (Wenifanetri) dan Bellaetrix (Manuputty) serta di ganda putri juga sama,” kata Rexy seperti dalam rilis yang diterima, akhir Desember lalu.
Kepala Bidang Pengembangan PBSI, Basri Yusuf, akan memberikan pelayanannya sesuai level atlit. Kata dia, atlet di level satu yang akan dikirim ke olimpiade akan mendapatkan pelayanan khusus. "Pelayanan kedua dan ketiga untuk atlet yang ada di level itu," tambah dia.
Pelatih fisik pelatnas Cipayung, Iwan Hermawan, pun akan bekerja sama dengan tim yang menangani fisioconditioning. Pada tahun ini, atlet yang berada di pelatnas akan mendapat pelayanan untuk pengembangan fisik. Tiap kategori akan mempunyai pelatih fisik sendiri.
Dengan begitu, kata Iwan, segala kebutuhan untuk meningkatkan fisik atlet bisa terekam dan bisa dibina secara tepat sesuai dengan kebutuhan tiap atlet. Di bidang fisioconditioning, lanjut dia, sudah ada standar untuk mencapainya. Secara umum, pihaknya mencoba memperbaiki kondisi fisik yang dimiliki atlet. Misal seperti kecepatan, kekuatan, dan daya tahan.
Selain itu, menurut Iwan, atlet putra di pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, dinilai memiliki ketahanan fisik yang kuat. Hampir 50 persen dari para atlet putra mempunyai daya tahan fisik yang mumpuni. "Problem kita memang di putri. Kita akan kejar fisik mereka sampai pada fisik yang kita harapkan," ujar dia, akhir bulan lalu.
Tiap tahun, pihaknya membuat periodisasi soal peningkatan fisik yang diharapkan. Untuk 2015, ia akan memperbaiki komponen dasar peningkatan daya tahan atlet. "2016, kita mempertajam dan mempertahankan kondisi fisik ini," tambah dia.
Porsi latihan yang diberikan akan disesuaikan dengan kemampuan tiap atlet. Untuk atlet elit, yakni yang sudah menuai banyak prestasi di kancah internasional, akan diberikan program individual yang lebih khusus. "Kita harapkan ini bisa mendorong semua lapisan agar terus meningkatkan dirinya," ujar Iwan.
Selain itu, ia bersama tim Sport Science akan membuat model latihan training in the road. Model ini akan langsung memantau kemampuan atlet saat mengikuti pertandingan. "Saat itulah kita lihat seberapa tinggi kemampuan fisik dan teknik mreka dan apa kekurangannya," tutur dia.
Selain membangun aspek fisik, tim tersebut juga akan memperbaiki dan menjaga aspek psikologi atlet. Karena, jika hanya fisik yang diurus, kata dia, tentu akan terjadi ketimpangan. Dengan begitu, mentalitas yang terbangun dalam diri seorang atlet akan terjaga dengan baik.